Senin, 20 Mei 2013

Cerita Renungan Jiwa yang Terdalam

Semua kejadian dalam hidup ini terkadang memiliki arti yang banyak. Begitu juga pengalaman hidup yang kita dapatkan selama ini memang akan berdampak positif untuk kita kedepannya terutama dalam ketika kita menginjak fase pendewasaan dimana kita harus bertindak lebih bijak terhadap semua permasalahan yang ada. Dari berbagai fenomena yang ada sekarang ini, memang pengalaman hidup bisa dibuat juga jalan cerita yang unik sekaligus dapat membangun kekuatan diri. Untuk cerita renungan yang akan disajikan pada kesempatan kali ini yang berjudul “Jiwa yang Menyesal” merupakan sebuah cerita yang sangat layak untuk kita baca. Karena selain memiliki jalan cerita yang cukup mengharukan, beberapa motivasi hidup juga bisa kita gali dalam cerita ini.

Cerita Renungan Jiwa memang biasanya sangat berkaitan dengan nilai keluhuran hati yang mana pada setiap orang memiliki perbedaan yang cukup besar. Bagi yang sangat penasaran dengan jalan ceritanya, maka langsung saja simak cerita renungan jiwa dibawah ini :

:::: JIWA YANG MENYESAL ::::

Aku sudah keluarga dengan lelaki yang benar2 aku cintai,walau apapu yang dia kerjakan aku selalu diam dan menerima..

Hingga suatu hari,ku lihat dia membawa uang jutaan rupiah,aku terkejut dan heran dr mana uang itu dia dapat,yang jelas suamiku pengangguran berat,dengan tersenyum dia bercerita kalau dia habis menjual rumah orang tuanya..
Ya ALLAH aku begitu terkejut,rumah itu satu2nya yang di miliki bapak mertuaku,beliu sedang menderita sakit strock.aku hanya diam tak berani menegur,yang aku pikirkan bagaimana keadaan mertuaku laki2 itu,tinggal di mana dia sekarang,

Dengan berpamitan mau menjenguk orang tuaku,aku pun mencari tahu kabar bapak mertuaku,Aku begitu terkejut saat melihat beliu tidur di dekat rel kereta api yang bersebrangan dengan rumah yang di jual suamiku,aku mendekat dada ini runtuh seketika saat melihat beliu menangis tampa dia sadari aku melihatnya.

aku mendekat dan dia pun menolehku seketika senyum itu mengembang di pipinya.." kok baru datang,nak aku menunggumu 3 hari ini katanya suamimu menjemputku setelah uang penjualan rumah itu cair..aku menangis,ternyata suamiku berbohong ke pada bapaknya sendiri agar rumahnya di jual dan dia akan mengajak beliu tinggal bersama kami..tp mana mungkin kami numpang di rumah kakakku..aku dan ke dua anaku beserta suamiku saja tidur di kamar belakang yang sesungguhnya tak layak kami tempati..ternyata aku juga baru tahu kalau suamiku juga menipu sama saudara2nya yang lain.
Aku sedih banget tp bagaimana lagi aku sendiri kekurangan dan tak punya tempat tinggal,tp bagaimana dengan bapak mertuaku yang terserang penyakit strock dan lumpuh separuh,tiap hari beliu tidur di pos pinggiran rel kereta api aku hanya bisa kasihan tp tak mampu bisa melakukan apa2 untuknya.

Genap 2 minggu setelah penjualan rumah itu.orang kampung di sekitar rel kereta api itu berbondong bondong gotong royong membuatkan sebuah rumah untuk beliu.
Aku dan suamiku udah sering di maki2 dan di bilang anak murtad..
Ku lihat suamiku biasa saja semenjak menjual rumah bapaknya dan menghambur hamburkan uang itu suamiku tak pernah lagi datang ke tempat bapaknya demikian aku,karena aku malu pada penduduk kampung itu.

6 bulan setelah kejadian itu.


Suamiku tiba2 merasa sakit linu di kakinya,aku belikan obat rematik dan membawa dia ke dokter tp semua itu gak ada kemajuan..
Ku lihat kakinya mengeluarkan darah putih dan penuh benjolan dan semakin membusuk dan bau,aku ingin membawa dia ke rumah sakit,tp aku tak punya uang untuk itu.
Aku hanya mampu membawa ke pengobatan alternativ dan orang pintar..tapi sia2..

Hingga kaki sebelah kiri membengkak dan membusuk aku pun nekat membawa suamiku ke rumah sakit walaupun satu rupiah pun aku tak pegang..
Untungnya rumah sakit menerima dengan jaminan aku menyusul pembayaran di belakang.
Tp terlambat rumah sakit mengatakan kaki suamiku harus di potong jika tidak penyakit itu akan menyebar ke seluruh tubuhnya.

Suamiku menangis,dia tak mau kehilangan kakinya,
Suatu malam ku lihat suamiku lemah dia begitu tersiksa dengan penyakitnya,sambil berbisik dia memanggil nama bapaknya.

Segera ku berlari menuju gubuk mertuaku itu ku bersimpuh meminta maaf ku ceritakn semua yang terjadi pada beliu.
dengan meneteskan air mata beliu mengatakan memaafkan tingkah laku putra itu.

 

5 menit kemudian hp yang aku pinjem dri saudaraku berbunyi kabar duka itu aku dengar..suamiku telah berpulang ke pangkuan...innalilahi'wainnalillahiro'jiun..seketika aku pamit pergi ke rumah rumah sakit
Ku lihat bapak mertuaku seketika menangis mendengar kabar itu,aku hanya bisa menangis dan memohon ampunan semoga arwah suamiku di terima di sisinya.aminn

Saat ke pemakam..banyak orang berguman inilah hukum karma buat suamiku yang menyia nyiakan dan menelantarkan orang tua yang sedang sakit.
Aku hanya bisa menyesal dengan ini semua aku tak bisa menegur suamiku di saat dia melakukan kesalahan itu.
Kini aku dan 2 anaku pun ikut numpang di gubuk mertuaku itu,aku harus bekerja keras membiayai kebutuhan hidup mereka.
Semoga hidup kami semakin membaik agar bapak mertuaku dan anak2ku bisa merasakan nikmatnya hidup.Aminn..


Dari Cerita Renungan diatas tentunya ada banyak hal yang bisa petik dan bisa kita jadikan motivasi dalam diri kita. Memang tak selamanya kita berdiri konstan mengikuti waktu yang ada, namun kita juga bisa merubah keadaan tersebut dengan menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi orang-orang terdekat kita. Dan semoga saja dengan adanya Cerita Renungan diatas, kita bisa menjadi orang-orang yang memiliki jiwa yang besar terhadap semua permasalahan hidup yang kita alami. Karena tanpa adanya cobaan maka tolak ukur kekuatan jiwa kita akan sangat sulit kita deteksi. Syukurilah apa yang ada sekarang dan tingkatkan terus semua hal positif dalam jiwa agar nantinya kita dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi semua orang.


Sumber: http://www.firmanway.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar