Minggu, 07 Juli 2013

Surat untuk Istri Kedua

Yang…, melalui goresan tangan ini, kutuliskan apa yang kurasa saat ini.

Berat rasanya mengungkapkannya, namun aku harus jujur dengan diri sendiri. Seharusnya aku mengutarakannya namun apa daya aku tak mampu bertatap rupa dengan dirimu untuk menghalau segala sesak di dada ini.

Aku harap engkau di sana baik-baik saja.

Harus ku akui bahwa engkau telah mencuri perhatianku, setiap kali ku lihat sosokmu, seisi dada bergejolak.
Ada rasa hendak menghianati pilihan hatiku. 

Parasmu yang teduh menyenangkan, berada di dekatmu membuatku tak tenang. Di antara sekian Perempuan Cantik, engkau tampak berbeda. Sosokmu indah dipandang, menjadi fokus perhatian para lelaki.

Dek…, aku lemah… terlalu mudah jatuh hati, terlalu gampang terbuai pandangan mata.

Aku seorang laki-laki, lahir dari satu Perempuan. Apa yang telah kuikrarkan pantang kulanggar!

Saat ini di sini,
aku tegaskan untuk menahan dan membuang keinginan ini sejauh timur ke barat. Kutetapkan bahwa aku tak akan pernah melukai Istri Pertama, mengecewakan anak-anakku. 

Aku tahu hal ini membuatmu sedih, namun aku yakin ada yang terbaik menunggumu di sana. Berjalanlah terus, jangan goyah, niscaya dia mendapatkanmu.

Diri ini tidak ingin dicaci mereka, tak mau aku dijauhi anak, enggan aku berbuat zinah.

Cukuplah satu istri saja. Itu lebih dari cukup!
Aku tak ingin diperhamba inginku, aku tak sudi dikendalikan hawa nafsu.

Aku tidak akan membuka pintu hatiku bagi Perempuan manapun.
Hati ini ada yang punya, dialah istri Pertamaku.

dan… sekali lagi Tak Ada Istri Kedua, Ketiga dst…!

Sumber:  http://fiksi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar