Selasa, 18 Maret 2014

Ikhlas Dalam Penantian - Cerpen Islam

Setelah menunggu setengah hari, akhirnya surat pengumuman kelulusan sampai juga, dan aku dinyatakan lulus, alkhamdulillah nilainya memuaskan. Begitu pula sahabatku Astrid. Kami sangat bahagia, tidak sia-sia usaha giat dalam belajar akhirnya membuahkan hasil yang maksimum.

Meneruskan jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah rencana kita. Dari berbagai banyak pertimbangan, akhirnya kita memilih UIN Yogyakarta. Setelah dinyatakan diterima, kami pun mencari tempat tinggal. Tiba-tiba teringat akan nasihat Ibu tercinta,
“Nduk, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, tidak hanya ilmu duniawi saja, tetapi ilmu akhirat pun harus dicari dan diamalkan. Tujuan hidup kita adalah bahagia dunia akhirat. Jagalah diri kalian masing-masing dan hiduplah dilingkungan orang-orang yang sholeh, ibu hanya bisa mendoakan dari sini. Semoga kalian sukses dunia akhirat.” Di ucapkan dengan suara halusnya.

Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di sebuah pesantren yang letaknya tidak jauh dari kampus kami. Astrid adalah sahabat dekatku, sejak SD,SMP,SMA, bahkan sekarang di PT kami pun bersama. Suka duka kami rasakan bersama. Tetapi ada satu hal yang membedakan kami, yaitu masalah percintaan. Astrid jagonya dalam menggaet cowo manapun yang disukainya. Hampir tidak terhitung berapa banyak cowo yang di deketin. Beda halnya dengan aku, aku belum berani untuk bermain-main dengan hati. Entah aku tidak peduli dengan orang-orang yang menganggap aku tidak butuh seorang pendamping hidup. Yang aku pikirkan saat ini belajar dengan sungguh-sungguh.

***

Hari pertama masuk pesantren membuat aku terkejut dengan keadaan di pesantren, aku yang terbiasa hidup dalam keadaan rapi, suasana yang tenang, kini semua itu berbanding terbalik. Sungguh membuat aku ingin pingsan seketika. Barang-barang berserakan tidak jelas dimana tempat aslinya, disetiap sudut-sudut tembok terdapat tumpukan baju yang tidak rapi, entah itu baju bersih atau kotor, keadaan kamar mandi yang begitu menjijikan membuat aku tidak ingin memasukinya. Ya Allah inikah tempat yang di inginkan Ibu untuk aku tempati..?? sejenak aku menganggap Ibuku kejam, tega membiarkan anaknya hidup dalam keadaan seperti ini. Tetapi pikiran buruk itu aku buang jauh-jauh, karena aku yakin Ibuku ingin aku menjadi anak yang terbaik.
“Apa kamu yakin mau tinggal ditempat ini?” tanya Astrid kepada ku..
“Yakin..! kenapa tidak.....?” dengan tegas aku menjawabnya.

Mendengar jawabanku yang meyakinkan, Astrid pun ikut yakin untuk tinggal di pesantren ini. Kami berdua berjalan mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi belum ketemu-ketemu, karena tempatnya begitu luas. Tiba-tiba ada seorang santriwati menghampiri kami,
“Assalamu’alaikum ya ukhti..?”
“Wa’alaikumsalam.. ukhti..”
“Afwan, ukhti-ukhti ini santri baru ya?”
“Ia benar, perkenalkan saya Keyla dan ini teman saya Astrid, kami sedang mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi kami belum menemukannya..”
“Ohh..saya aminah, afwan ukhti ! sebaiknya ukhti soan ke ndalem dahulu.. nanti disana bertemu dengan Abah dan Umi. Nanti baru kami tunjukan kamar yang bisa ukhti tempati..”
“Soan ? Ndalem?” Astrid seketika terkejut.
“Ya ukh, soan itu seperti halnya orang bertamu, sedangkan ndalem itu tempat tinggalnya Kyai. Mari saya antar ke ndalem”

Aku dan Astrid saling menatap dan tersenyum bersama, dan akhirnya kami ikuti santriwati itu ke ndalem. Letaknya tidak terlalu jauh dari asramanya. Sesampainya di depan ndalem lalu santriwati itu mengetuk pintu, dan mengucapkan salam. Melihat sikap dan tingkah laku santriwati itu sangat sopan. Kami heran, di zaman Agnes Monica ternyata masih ada orang seperti Siti Nurbaya.
“Assalamu’alaikum.....??”
“Wa’alaikumsalam..” dari arah dalam Umi menjawab salamnya.
“Ngapunten Umi, niki wonten santri enggal bade soan.”
“Ya silahkan masuk, sebentar nunggu Abah ya.”
“Nggihh...” kami serentak menjawabnya.
Aku dan Astrid hanya diam dan tersenyum ketika mendengar percakapan diantara Bu nyai dan santrinya.

Abah pun keluar, dan kami duduk di ruang tamu bersama Umi dan Abah. Aku memulai pembicaraannya dengan sedikit deg-degan karena berhadapan dengan seorang Kyai.
“Maaf Abah Umi, kita dari Semarang. Perkenalkan nama saya Keyla Nur Istiqomah, dan ini teman saya Astrid Pangesti. Kami berniat untuk masuk ke pesantren ini”
“Ya kami ucapkan selamat datang. Yang terpenting ketika belajar dipesantren adalah sabar dan istiqomah, insya Allah bisa dan semoga ilmunya bermanfaat.”

Itulah sepenggal nasihat dari Abah. Setelah mendengar berbagai nasihat dan cerita dari Abah dan Umi. kami pun pamit dan menuju ke asrama. Tiba-tiba Umi menghentikan langkah kami.
“Sebentar mba Keyla, di ndalem ada kamar kosong, berhubung putri kami sekarang kuliah di Amerika. Ada baiknya jika kamarnya diisi mba Keyla dan mba Astrid. Bagaimana?”

Sejenak kami berdiam, dan serentak menyetujui tawaran Umi untuk tinggal di ndalem. Karena pertimbangan dari pada kamarnya kosong, sedangkan di asrama sepertinya penuh, jadi untuk sementara kami disuruh untuk menempatinya untuk menggantikan anak bungsunya yang sekarang kuliah di Amerika.
“Ternyata jika hati kita ikhlas menerimanya, maka kita diberikan yang terbaik untuk kita, buktinya kita menempati tempat yang nyaman dan bersih seperti ini.” Astrid hanya tersenyum mendengar ucapanku.
Kami mulai merapikan barang-barang kami. Dan tidak terasa waktu ashar pun tiba, kami siap-siap berangkat jam’ah dan memulai aktivitas mengaji. Diawal pertemuan kami pun memperkenalkan diri kami di depan banyak santri. Ternyata begitu banyak santrinya, ada yang masih kecil ada yang remaja dan ada yang dewasa. Jelas saja karena pesantren ini dibuka untuk umum.

***

3 tahun sudah aku dan Astrid menetap di pesantren. Kuliah pun berjalan dengan lancar. Kini aku semester 7, itu artinya harus lebih giat dan serius untuk menggarap skripsi.

Tiba-tiba Astrid menepuk punggungku dengan tangannya ketika aku sedang duduk asik sambil baca buku.
“Key, kamu tau tidak, santri-santri sedang asik berbincang-bincang tentang apa?”
“Tidak, memang apa? Awas loh jangan nggosip lagi seperti kemarin-kemarin. Ntar kamu yang terjebak sendiri...!” aku mewanti-wanti sahabatku karena memang kupingnya diman-mana.
“Kata santri, bentar lagi putra Abah yang di kairo pulang.”
“Ah kata siapa kamu? memang Abah punya putra yang di kairo?”
“Yaah sahabatku yang satu ini ketinggalan berita. Abah memang punya putra yang kuliah di kairo, sudah 4 tahun belum pernah pulang. Denger-denger si ganteng. Heheeee..”
“Mulai deh kamu. Cowo mana aja kamu gebet...” Ledek ku pada Astrid.
“Biarin. Awas loh kalo kamu sampai naksir.”
“Astrid senyum-senyum sendiri, sepertinya dalam pikirannya membayangkan yang aneh-aneh.”
“Ketimbang kamu naksir sama orang yang belum jelas, siapa itu namanya? Zulfi ya. Hanya sekedar di dunia maya. Kalau cowo itu gentle, pasti dia sudah menemui kamu. Coba kamu pikir key, sudah 2 tahun lamanya kamu dekat dengan cowo, dan itu pun hanya dalam sebuah jejaring sosial Facebook. Sedangkan kamu belum tau wujud aslinya seperti apa, keluarganya bagaimana. Kapan kamu bertemu? “Dan yang aneh lagi kenapa kamu bisa suka dan mempertahankan dia. Padahal cowo-cowo yang ada di sekitar kita banyak yang ngantri buat ndapetin kamu. Tapi sayang tidak ada yang kamu respon satupun. Kamu sadar gak sih key....???” Dengan panjang lebar Astrid berusaha menyadarkanku.
“Aku tidak tahu kenapa aku bisa mempunyai keyakinan dengan Zulfi. Meskipun hanya di dunia maya. Aku nyaman, aku tenang, aku baru merasakan perasaan seperti ini. Kamu tahu aku belum pernah berpengalaman dekat sama laki-laki. Mungkin ini kuasa Allah. Belum saatnya untuk bertemu dengannya. Aku terus berharap suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya.”
“Mau sampai kapan key?? “
“Aku hanya bisa sabar, dan menanti takdir Allah. Sudah lah kamu tidak perlu pusing memikirkan aku ya. Aku punya sahabat sepertimu saja sudah merasa bahagia, dan cukup untuk menjadi teman keluh kesah, canda tawa. Aku sayang kamu Astrid.....”sambil memeluknya aku teteskan air mata dipipiku.
“Aku juga sayang kamu key, kamu sahabat terbaik ku. Aku tidak akan pernah melupakanmu. Jika memang menanti laki-laki itu membuat kamu bahagia, akupun ikut bahagia. Sudah ya jangan nangis lagi. Ayo dong senyum.” diusaplah airmata dipipiku olehnya. Dan setelah itu kami tersenyum bahagia.

***

Ternyata benar apa yang dikatakan Astrid 1 minggu yang lalu. Putra Abah pulang.
“Astrid !!! benar apa yang kamu katakan 1 minggu yang lalu, putra Abah pulang, nanti sore insya Allah sampai di rumah. Tadi pagi Umi bilang padaku kalau putranya pulang dan diperkirakan sampai rumah nanti sore. Jadi kita disuruh nyiapin makanan untuk nanti sore.”
“Asiiik, akhirnya aku ketemu cowo ganteng. Hhehe..”Astrid kegirangan.

Terdengar suara mobil didepan. Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi berkulit putih dengan wajah yang menenangkan jika dipandang, dan senyuman yang sangat manis turun dari mobil, dan mencium tangan Abah dan Umi. Apakah dia putranya yang digemari banyak santriwati.? Aku dan Astrid mengintip dari jendela.
“Waahhh gantengnya,, lihat key.!! Memang benar-benar ganteng ya.,” Astrid memujinya.
Abah Umi dan putranya duduk bersama di ruang tamu, terlihat sangat bahagia karena putranya yang dibanggakan akhirnya pulang dengan selamat. Karena sekitar 4 tahun mereka tidak bertemu, dan akhirnya rasa kangen yang terobati dengan kembali berkumpul.

Aku dan Astrid mengantarkan minuman keruang tamu. Aku hanya bisa menundukan kepalaku, karena rasa malu yang luar biasa, dan jantung yang berdetak begitu kencang membuat aku nerves ketika mengantarkan minuman. Astrid ada di depanku membawa makanan ringan.
“Terimakasih, ini santri-santri yang tinggal di sini.” Ucap Umi memperkenalkan kami pada putranya.

Setelah selesai menyuguhkan makanan dan minuman, kami pun kembali ke kamar. Astrid senyum-senyum terus karena merasa senang bertemu dengan laki-laki ganteng.
“Ganteng banget key, aku benar-benar menyukainya. Aku memimpikan punya pendamping hidup seperti dia key. Bagaimana menurutmu key?”
“Apa dia mau sama kamu,, hehe” nadaku bercanda.
“Ah kamu, sahabat lagi bahagia palah di ledekin, gak asiik ah.,” kesal Astrid padaku.
“Sudah-sudah yuk belajar, besok ujian kan..” ajaku pada Astrid.

***

Sebelum aku baringkan tubuhku diatas ranjang, tiba-tiba aku ingin membuka Facebook, barangkali ada pesan dari Zulfi, laki-laki yang selama ini ada di hatiku. Dan ternyata benar dia kirim pesan.
“Keyla, aku sekarang sudah di indonesia, 2 hari yang lalu aku sampai dirumah. Bagaimana keadaanmu, baik-baik saja kan? Aku ingin bertemu. Aku tunggu besok ba’da dhuhur di masjid Ar-Rahman dekat pesantren kamu. Aku harap kamu bisa datang. Aku ingin perkenalkan kamu pada orang tuaku.”

Aku kaget, senang, takut, campur aduk gak jelas. Entah apa yang akan aku lakukan. Sampai malam pun aku tidak bisa tidur karena teringat pesan itu. Dan akhirnya aku ambil air wudhu dan shalat tahajud.
“Ya Allah Dzat yang Maha membolak mbalikan hati,
Aku serahkan semua urusanku padaMU
Berikanlah yang terbaik untukku ya Rabb
Jika memang laki-laki yang aku nanti adalah jodohku
Maka berikanlah kesabaran dalam penantianku
Dan jika laki-laki yang aku nanti bukan untukku
Maka balikanlah hati ini, dan berikanlah rasa ikhlas”
Setelah selesai bermunajat hati dan pikiranku mulai tenang.
Waktu dhuhur telah tiba, kini saatnya aku siap-siap untuk menemui Zulfi ditempat yang di janjikan. Astrid tidak mengetahui pertemuanku dengan Zulfi, karena aku takut dia marah-marah pada zulfi yang telah menggantungkan perasaanku selama 2 tahun. aku datang menemui Zulfi sendirian.

Ketika aku sampai di masjid, aku terkejut seketika. Di dalam masjid ada Abah, Umi, putranya dan ternyata Astrid juga ada dan beberapa santri. Aku bingung kenapa mereka semua berkumpul disini, apa mereka tahu kalau aku mau menemui laki-laki yang aku nanti? Lalu aku berjalan mendekati mereka.
“Keyla, sini mendekat.” Ucap Umi memanggilku untuk mendekat.
“Apa kamu mencari sosok laki-laki yang menjajikan akan menemuimu di masjid ini?”
“Benar Umi..”
“Ini laki-laki yang selama ini kamu nanti, anak Umi, namanya Ahmad Zulfikar. Umi sudah mendengar banyak cerita dari Astrid. Kesetiaanmu menunggu pasangan hidupmu kini sudah terjawab. Umi bangga kepadamu. Kamu begitu sabar menantinya. Ahmad juga sering cerita sama Umi lewat telfon kalau dia mengagumi seorang perempuan. Dan tidak disangka kalau ternyata perempuan itu akan nyantri dipesantren ini. Makanya untuk mengenal lebih dekat kami tempatkan kalian di ndalem” Umi menceritakan kejadian sebenarnya.
Aku semakin bingung dengan keadaan ini semua. Ingin rasanya lari meninggalkan masjid ini, tapi sulit bagiku. Aku pun hanya terdiam dalam wajah kebingungan.

Zulfi pun angkat bicara,
“Aku lah Zulfi Key, mau kah kamu menyempurnakan separuh agamaku??”

Detak jantungku semakin kencang, mulut tidak bisa berucap sekatapun. Hanya kedua mataku yang langsung mengarah ke Astrid sahabatku. Karena aku tau kalau dia mengharapkan untuk menjadi pendamping Gus Ahmad. Astrid mendekatiku,
“Tenang sayang, aku hanya mengaguminya, dia untukmu. Aku bahagia akhirnya laki-laki yang kamu nanti sudah jelas wujudnya sekarang. Dan dia melamarmu key. Ayo ini saatnya kamu ungkapkan perasaanmu yang sudah lama kamu pendam key”
“Bagaiman key,” tanya Zulfi.,
“a..a...a.kuu terima...” jawabku gemetar.
“Alkhamdulillah...” serentak orang yang ada didalam masjid. Kini aku merasakan suasana yang selalu bahagia mengiringi langkahku untuk melewati hari demi hari.
Seusai wisuda, Zulfi, yang sekarang aku panggil Gus Zulfi, karena dia putra Kyai, datang kerumah dan segera diselenggarakan acara Ijab Qobul.
Mungkin ini yang dinamakan barokahnya berbakti kepada orang tua, yang pada akhirnya aku hidup di pesantren, sehingga aku bisa bertemu dengan cinta sejatiku. Dan keikhlasan dalam menanti akhirnya berbuah manis.

***

Sumber: lokerseni.web.id




Dialog Raja dan Malaikat Maut

Sahabat Yazid Arruqasyu meriwayatkan, pada masa Bani Israil ada seorang penguasa zalim.
Dalam berkuasa, raja tersebut menindas rakyat dan tidak perbah berbuat kebajikan. Pada suatu hari raja tersebut duduk di singgasananya dan tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki masuk melalui pintu istana.

Orang asing itu bertampang keji, berbadan besar dan menakutkan.
Raja sangat ketakutan dengan kehadirannya, dia khawatir laki-laki itu akan menyerangnya. Wajahnya pucat pasi dan bergetar,
"Siapakah engkau ini? Siapa yangtelah menyuruhmu masuk ke istanaku?" tanya raja ketakutan.

"Pemilik rumah ini yang menyuruhku ke sini. Ketahuilah bahwa tak ada dinding yang dapat menghalangiku, dan aku tidak memerlukan izin untuk masuk ke manapun," kata laki-laki asing itu dengan suara agak kasar.

"Apakah engkau tidak takut dengan para sultan di kerajaanku ini?" tanya raja dengan gemetar.
"Aku tidak takut oleh kekuasaan para sultan. Dan ketahuilah, tidak ada seorangpun yang dpat lari dari jangkauanku," kata laki-laki itu dengan bengisnya.

MALAIKAT MAUT DATANG

Setelah mendengar perkataan orang itu, wajah raja menjadi pusat pasi dan badannya menggigil, ia amat ketakutan dengan situasi ini.
"Apakah engkau Malaikat Maut?" tanya raja menebak.
"Benar, akulah Malaikat Maut yang diutus untuk mencabut nyawamu," kata malaikat maut tanpa tersenyum sedikitpun.
"Aku bersumpah demi Allah, berilah aku penangguhan satu hari saja agar dapat bertobat dari segala dosaku. Aku akan memohon keringanan dari Tuhanku. Aku akan menginfakkan harta benda yang aku miliki, hingga tak terbebani oleh azab akibat harta itu di akhirat kelak," pinta raja.

"Bagaimana aku dapat menangguhkan, padahal umurmu sudah habis dan waktu sudah ditetapkan tertulis," kata Malaikat Maut.
"Aku mohon tangguhkanlah sesaat saja," rayu raja sekali lagi.

"Sesungguhnya jangka waktu itu telah diberikan, tetapi engkau lalai dan menyia-nyiakannya. Jatah nafasmu sudah habis, tidak tersisa satu nafaspun untukmu," ujar Malaikat Mautyang mendekat seolah henadak mencabut nyawa raja.

MATI BELUM BERTOBAT

Raja semakin ketakutan dengan kata-kata Malaikat Maut itu. Namun ia tetap bersikeras ingin meminta penangguhan kematian.
"Jika aku mati sekarang, siapa yang akan menyertaiku di alam kubur?" tanya raja zalim itu.
"Tidak ada yang menyertaimu kecuali amalmu," jawab Malaikat Maut.
"Aku tidak mempunyai amal kebaikan. Selama ini aku lalai kepada Allah SWT," jelas raja zalim itu.

"Jika demikian, neraka dan murka Allah adalah tempat yang layak untukmu," tegas Malaikat Maut.
Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawanya, sehingga raja itu terjatuh dari singgasananya. Dan sang raja akhirnya mati sebelum bertobat.

Datangnya maut tidak dapat ditunda sedetik pun, apapun jabatan seseorang. Permintaan penangguhan ditolak mentah-mentah oleh Malaikat Maut yang langsung mencabut nyawanya.





Sumber: kisahislamiah.blogspot.com 

Senin, 03 Maret 2014

Satu Tubuh

Suatu hari, di medan perang Yarmuk, dengan membawa sedikit air Khudzaifah bin Adi ra menemui saudaranya (anak pamannya) yang tergeletak penuh luka. Ketika menjumpainya, ia berkata kepadanya, ”Aku tuangkan air ini kepadamu!” Saudaranya pun memberi isyarat mengiyakan.

Ketika hendak menuangkan ke dalam mulutnya, terdengar suara, ”Ah, ah, ah.” Saudaranya itu memberi isyarat kepada Khudzaifah agar ia memberikan air itu kepada orang yang berteriak, merintih kesakitan itu.

Khudzaifah pun menghampiri orang itu. Dan ternyata ia adalah Hisyam bin Ash ra. ”Aku akan tuangkan air ini kepadamu,” ucap Khuzaifah dengan rasa iba. Hisyam pun memberi isyarat mempersilahkannya. Ketika hendak dituangkan ke dalam mulutnya terdengar kembali suara, ”Ah, ah, ah,” dari sampingnya. Hisyam memberi isyarat kepadanya agar memberikan air itu kepada orang yang berteriak sekarat itu.

Sesampainya di sana, Khudzaifah mendapati orang yang ditunjuk Hisyam telah menemui ajalnya, mati syahid. Lalu ia kembali berjalan pada Hisyam, namun Hisyam juga telah bertemu Allah SWT, wafat. Ia sedih. Setelah itu ia bergegas menemui kembali saudaranya. Namun sama, pamannya juga telah menemui syahidnya. Kisah ini dituturkan Imam Syanqithi dalam kitab Adhwaa al-Bayaan.

Fragmen ini menjelaskan bahwa setiap Muslim merasakan saudara Muslim lain adalah bagian dari dirinya. Mereka pun tidak memandang siapa yang diberi pertolongan olehnya. Tidak pula menolong karena tendensi demi kepentingan. Juga sampai tidak memandang bahwa saat itu dirinya pun sangat membutuhkan pertolongan. Bahkan meskipun kebutuhan itu berkait erat dengan hidupnya.

Ini adalah potret ukhuwah Islamiyah yang sebenarnya. Satu bentuk persaudaraan yang mengalahkan segalanya, sampai kepentingan untuk dirinya sendiri sekalipun, atau yang disebut dengan itsaar (mendahulukan orang lain meskipun dirinya membutuhkannya). Persaudaraan ini mengalahkan persaudaraan nasab, kedaerahan, suku, partai, kebangsaan, lintas identitas-identitas primordial dan lintas kepentingan.

Tepat kata Nabi SAW, ”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling simpati mereka bagaikan satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka seluruh tubuh yang lain merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Muslim).

Nabi SAW mengibaratkan persaudaraan sesama Muslim dengan logika satu tubuh. Logika satu tubuh adalah logika saling terkait, saling merasakan, saling membantu dalam satu kesatuan. Dalam artian, ketika kita melihat saudara seiman kita kelaparan, dilanda sakit kita juga harus ikut merasakan dan membantunya. Begitu pula ketika kita senang, kita tak boleh lupa membagikan kesenangan kita pada saudara kita. Adakah itu ada di sekitar kita saat ini?

***

Sumber: ervakurniawan.wordpress.com

Suara Emas Dari Ethiopia

Suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah, Bilal bin Rabbah, salah seorang sahabat utama, bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, Bilal bertemu dengan Rasulullah.”Bilal, sudah lama kita berpisah, aku rindu sekali kepadamu,” demikian Rasulullah berkata dalam mimpi Bilal.”Ya, Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu,” kata Bilal masih dalam mimpi-Nya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu.

Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Hari itu, Madinah benar-benar terbungkus rasa haru. Kenangan semasa Rasulullah masih bersama mereka kembali hadir, seakan baru kemarin saja Rasulullah tiada. Satu persatu dari mereka sibuk sendiri dengan kenangannya bersama manusia mulia itu.

Menjelang senja, penduduk Madinah seolah bersepakat meminta Bilal mengumandangkan adzan Maghrib,  padahal Bilal sudah cukup lama tidak menjadi muadzin sejak Rasulullah tiada. Seolah, penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangannya hari itu dengan mendengar adzan yang dikumandangkan Bilal. Akhirnya, setelah diminta dengan sedikit memaksa, Bilal pun menerima dan bersedia menjadi muadzin kali itu. Senjapun datang mengantar malam, dan Bilal mengumandangkan adzan. Tatkala, suara Bilal terdengar, seketika, Madinah seolah tercekat oleh berjuta memori. Tak terasa hampir semua penduduk Madinah meneteskan air mata. “Marhaban ya Rasulullah,” bisik salah seorang dari mereka.

Sebenarnya, ada sebuah kisah yang membuat Bilal menolak untuk mengumandangkan adzan setelah Rasulullah wafat. Waktu itu, beberapa saat setelah malaikat maut menjemput kekasih Allah, Muhammad, Bilal mengumandangkan adzan. Jenazah Rasulullah, belum dimakam-kan. Satu persatu kalimat adzan dikumandangkan sampai pada kalimat, “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah.” Tangis penduduk Madinah yang mengantar jenazah Rasulullah pecah. Seperti suara guntur yang hendak membelah langit Madinah.

Kemudian setelah, Rasulullah telah dimakamkan, Abu Bakar meminta Bilal untuk adzan. “Adzanlah wahai Bilal,” perintah Abu Bakar. Dan Bilal menjawab perintah itu, “Jika engkau dulu membe-baskan demi kepentinganmu, maka aku akan mengumandangkan adzan. Tapi jika demi Allah kau dulu membebaskan aku, maka biarkan aku menentukan pilihanku”. “Hanya demi Allah aku membebaskanmu Bilal,” kata Abu Bakar. “Maka biarkan aku memilih pilihanku,” pinta Bilal. “Sungguh, aku tak ingin adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah,” lanjut Bilal.

“Kalau demikian, terserah apa maumu,” jawab Abu Bakar.

Bilal bin Rabah, terakhir melaksanakan tugasnya sebagai muadzin saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Saat itu, Bilal sudah bermukim di Syiria dan Umar mengunjunginya. Saat itu, waktu shalat telah tiba dan Umar meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan sebagai tanda panggilan shalat. Bilal pun naik ke atas menara dan bergemalah suaranya.

Semua sahabat Rasulullah, yang ada di sana menangis tak terkecuali. Dan di antara mereka, tangis yang paling kencang dan keras adalah tangis Umar bin Khattab. Dan itu, menjadi adzan terakhir yang dikumandangan Bilal, hatinya tak kuasa menahan kenangan manis bersama manusia tercinta, nabi akhir zaman.

***

Sumber: ervakurniawan.wordpress.com

Anak Sepasang Bintang

Bunda …, jadah itu artinya apa?”

Bunda tersentak waktu itu. Tak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari sela bibir mungilku, gadis kecilnya yang baru berumur lima tahun. “Kenapa Sayang?” Bunda bertanya sambil mendekapku di dadanya. “Orang-orang menyebutku seperti itu,” jawabku dengan sangat polos. Aku memeluk Bunda semakin erat dan merasakan perlindungannya.

Di waktu lainnya aku ajukan pertanyaan lain padanya.

“Bunda …, apa saya punya Ayah? Orang-orang itu bilang saya tak punya Ayah,” tanyaku. Bunda baru saja selesai mendongeng padaku waktu itu. Bunda tertegun begitu lama.

“Ada!” tegas Bunda meyakinkanku. “Di mana? Kenapa aku tak bisa menemuinya?”

Bunda membimbingku bangkit dari tempat tidur kayu berkepinding. Berjalan ke halaman tanpa penerangan.

“Kau lihat langit di atas sana?” Bunda bertanya tanpa melepas genggamannya. Aku mengangguk mengiyakan.

“Ayahmu ada di sana!” jawab Bunda meyakinkan.

Aku tidak melihat apa-apa. Selain langit hitam dan taburan berjuta bintang tidak ada gambar wajah manusia terlihat di sana.

Tapi aku tidak ingin bertanya lagi. Barangkali ayahku adalah satu diantara kerlip bintang-bintang itu. Besok jika anak-anak itu menggodaku lagi dan mengatakan aku tidak punya ayah aku sudah punya jawabannya.
  • * *
Sejak kecil aku cuma punya Bunda. Perempuan yang miskin tanpa harta tapi penuh cinta. Yang selalu menyediakan dadanya untuk menyerap luka-luka. Dengan upah seadaanya sebagai tukang cuci pakaian pada beberapa keluarga, Bunda selalu menabung. Katanya aku harus sekolah setinggi mungkin dan jadi orang pandai. Agar tidak bodoh dan melarat seperti dirinya.

Bunda lewati seluruh kehidupan berat sendiri. Mengasuh anak yang terus tumbuh tanpa pendamping di sisi. Tidak mudah memang. Tapi tidak sekalipun aku melihatnya berduka. Kecuali sekali pada suatu malam aku terbangun dan melihatnya mengisak di atas sehelai sajadah.

Setiap kali aku menanyakan hal itu pada Bunda, cuma air matalah yang kemudian menjadi jawabannya. Seperti menguak luka yang tak pernah kering sama sekali. Lalu aku jadi tak pernah tega memaksa Bunda untuk menjawabnya. Sebab Bunda terlalu mulia untuk terluka.

Aku tidak ingin mengecewakan Bunda. Perjuangannya tidak boleh sia-sia. Keinginannya melihatku sekolah setinggi mungkin memacu semangatku untuk belajar dengan giat. Aku selalu berhasil mencapai gelar juara sejak duduk di bangku SD hingga SMU. Lalu kemudian aku terpaksa berpisah dengan Bunda. Aku diterima masuk tanpa test di salah satu perguruan tinggi terkemuka di kota Pontianak. Sekarang aku bahkan telah diterima bekerja di salah satu Bank Syariah terkemuka yang baru berdiri. Aku ingin menjemput Bunda untuk mengajaknya pindah ke kota ini. Tapi Bunda menolak.
  • * *
Kukira dengan meninggalkan tempat kelahiran aku akan bisa hidup dengan tenang. Semua mimpi buruk masa kecil tentang siapa ayahku tidak akan memburuku sampai ke kota ini. Tapi tidak. Sepertinya ia menjelma jadi kutukan yang mengikuti kemana pergi.

Aku telah dewasa kini. Telah siap untuk menikah dan berkeluarga. Sudah tiga orang lelaki shaleh yang datang mengajukan lamaran padaku. Tapi sudah tiga kali pula aku terpaksa menolaknya. Aku takut menceritakan keluargaku. Aku tak mungkin mengatakan bahwa aku anak sebuah bintang. “Rabbi …, aku hanya ingin tahu siapa lelaki yang menjadi ayahku. Hanya itu. Apa aku durhaka pada Bunda?”

“Kau beruntung masih mempunyai Bunda. Aku dibesarkan di panti asuhan, tak tahu siapa keluargaku.” Asti , teman satu kamarku mencoba menghiburku. Aku insyaf kini. Aku masih sangat beruntung mempunyai Bunda. Dalam sujudku malam itu aku menangis. Mohon kesempatan pada Allah untuk membahagiakan Bunda. Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum bunga.
  • * *
Berita itu sampai lewat seorang tamu. Salah seorang tetangga kami di kampung dulu. Sengaja datang untuk mengunjungiku. Padaku ia cerita Bunda sedang sakit. “Sebenarnya ia sakit sejak lama. Tapi tak mau cerita. Bunda bilang tak mau kalau pekerjaanmu terganggu. Tapi aku pikir kau memang perlu tahu!”

Di rumah aku lihat Bunda terbaring di tempat tidurnya. Tempat tidur yang sama seperti masa kecilku dulu. Tempat Bunda biasa mendekap, mendongeng dan berdoa sebelum lelap menyergapku.

“Kenapa Bunda tidak memberitahuku?” tanyaku setelah mencium tangannya.

“Bunda tak mau pikiranmu terganggu,” jawabnya sambil tetap mengukir senyum di wajahnya. Tapi aku melihatnya semakin lemah saja. “Bunda ingin mengatakan sesuatu tentang ayahmu, ia …,”

“Tidak perlu, Bunda,” potongku cepat. “Jangan katakan apa-apa. Tidak ada yang perlu Bunda jelaskan tentang masa lalu. Bunda tetaplah Bunda. Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum bunga!”

Aku memang sudah tidak lagi perduli. Bunda manusia biasa. Mungkin pernah khilaf di masa lalunya. Tapi bagiku kini Bunda adalah anugerah Allah terbesar dalam hidup ini. Dua hari kemudian Bunda berpulang ke Rahmatullah.

Malam itu kembali aku menatap langit. Seperti waktu kecil dulu saat aku bertanya pada Bunda di mana ayahku. Bunda akan menunjuk ke arah langit. Tempat kegelapan malam dihiasi pendar jutaan bintang. Bunda kini telah pergi. Menyusul ayahku di tempat yang abadi. Dan aku tahu kini. Jika seorang lelaki shaleh datang untuk melamar dan bertanya tentang keluargaku, aku akan mengatakan bahwa aku adalah anak sepasang bintang!

***

Sumber: ervakurniawan.wordpress.com

Ada Jin Yang Punya Twitter dan Bisa Meramal

(c) twitter.com/s_2017_s
Beberapa hari ini ada berita yang cukup menggemparkan. Sebuah akun Twitter bernama @s_2017_s mengaku sebagai jin dan saat berita ini ditulis sudah memiliki lebih dari 190.000 followers. Dalam sudut pandang agama Islam, jin adalah salah satu makhluk gaib yang keberadaannya kasat mata dan tersembunyi. Kehadiran akun Twitter ini jelas membuat geger.

Dengan tulisan Ana Jini Haqiqi (Saya Adalah Jin Asli) pada profile, jelas mengundang banyak reaksi. Akun yang mengaku sebagai jin ini selalu berkicau dengan tweet yang memakai bahasa Arab gundul dan bahasa Inggris. Namun, beberapa waktu ini, akun @s_2017_s menggunakan bahasa Indonesia. Inilah tweet yang pernah dia tulis:

"Kepada semua manusia, saya adalah jin pertama yang menggunakan Twitter. Beberapa orang mungkin berpikir saya bohong dan saya adalah manusia. Sebenarnya saya adalah jin asli dan nyata, Anda akan melihat keajaiban masa depan di dalam akun Twitter saya,"

Gambar profile (c) twitter.com
Berita yang disampaikan Daily Ajel menjelaskan bahwa seseorang yang penasaran berusaha menghubungi @s_2017_s dengan nama samaran, untuk memeriksa apakah pemilik akun ini adalah manusia atau siapa. Yang mengejutkan, pemilik akun @s_2017_s tahu semua informasi pribadi orang tersebut, mulai nama asli dan tempat tinggal lengkap.

Beberapa waktu lalu, @s_2017_s bahkan meletakkan sebuah foto dengan tulisan berbahasa Indonesia:

Di bagian bawah tanah ini ada setengah harta dunia. Jutaan gram emas. Pemilik meninggal 1.500 tahun yang lalu.

Belum diketahui lokasi foto tanah dan rumput tersebut. Fenomena ini cukup menarik, karena @s_2017_s baru berkicau 337 kali tetapi pengikutnya sudah hampir 200.000.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber: vemale.com


Cerita Puasa Ramadan di Finlandia

Bulan Ramadan selalu penuh dengan cerita. Setiap negara memiliki ceritanya sendiri-sendiri dengan segala tantangannya. Ada negara yang puasanya kurang dari 12 jam, ada negara yang muslimnya minoritas jadi suasana Ramadan tidak terasa sama sekali. Bagaimana dengan negara-negara yang berada jauh dari Mekkah, seperti Finlandia? Apakah ada cerita menarik seputar menjalankan puasa Ramadan di sana?

Finlandia, terletak di Eropa bagian utara dan sudah dekat dengan kutub. Semakin jauh dari garis khatulistiwa, maka matahari terbit dan tenggelamnya pun sudah beda. Di Finlandia, matahari bisa terbit pukul 03.30 dini hari dan baru tenggelam menjelang tengah malam sekitar pukul 23.30. Hal ini berarti durasi puasa di sana hampir satu hari penuh atau 20 jam lebih. Kita yang biasanya puasa 12-14jam saja tentu berpikir bagaimana ya bila harus berpuasa selama itu?

Salah satu kota di Finlandia, puasanya total 20 jam perhari. Kota itu bernama Rovaniemi yang terletak 66 derajat di Lingkaran Arktik. Di sana ada sekitar 100 orang muslim dan beberapa dari mereka berpuasa sekitar 12-15jam per hari. Namun ada yang benar-benar puasa 20 jam per hari. Mereka mengatakan bahwa itu adalah salah satu ujian dari Allah SWT dan mereka berusaha untuk melaluinya.

Selain puasa selama itu, mereka juga kadang kesulitan mendapatkan makanan halal. Muslim di Finlandia jumlahnya sangat sedikit sehingga hampir tidak ada toko yang mengkhususkan diri menjual makanan dan bahan memasak yang halal. Terkadang mereka harus menyembelih ayam atau menangkap ikan sendiri bila kesulitan mendapatkan daging sapi yang dipotong dengan cara yang halal. Namun bagi mereka, bulan Ramadan adalah berkah yang selalu ditunggu kedatangannya. Karena mereka percaya, nikmat Ramadan melampaui durasi puasa yang 20 jam lamanya.

Sumber: vemale.com

Kisah Kebaikan Hati: Pria Rela Donorkan Sumsumnya Untuk Orang Tak Dikenal

Photo copyright Shanghaiist.com
Pernah berpikir kalau Anda akan mendonorkan bagian tubuh Anda pada orang yang tak Anda kenal? Mungkin Anda akan pikir-pikir hingga puluhan kali untuk melakukannya.

Sementara itu di China, seseorang pria rela menyiapkan dirinya untuk menjadi donor sumsum bagi orang lain. Hal tersebut termasuk kemauan Pan Weizhong, pria berhati emas itu, untuk meninggalkan rokok, minuman keras dan diet hingga turun 22 kg demi menyumbangkan sumsumnya.

Pan Weizhong yang bekerja di bidang petrokimia, dengan senang hati menyiapkan diri setelah ia mendapatkan telepon dari Palang Merah yang mengatakan bahwa darah Pan cocok dengan seorang pasien yang saat ini sedang sakit, Han Guilin.

Dengan mantap Pan mengiyakan bahwa dia bersedia menyumbang sumsum miliknya. Demi hal tersebut, Pan mengatakan bahwa dirinya menggalakkan gaya makan yang lebih sehat, menolak ajakan jajan hingga berhenti minum dan merokok.

Akhirnya setelah bertekad kuat, Pan berhasil turun 22 kg dari berat sebelumnya dan akhirnya berhasil menyumbangkan sumsumnya pada Han. Sementara itu Han Guilin yang tinggal berjauhan dengan Pan, merasa tersentuh dan tak tahu bagaimana harus berterima kasih karena Pan telah menyelamatkan jiwanya.

"Aku mungkin tak akan lama di dunia ini tanpa bantuan orang-orang. Keinginan terbesarku adalah bisa menemui orang yang menyumbangkan sumsumnya untukku suatu saat nanti," kata Han penuh harap dan keharuan.

Han dan Pan tak bisa bertemu karena ketentuan donor organ tubuh menjaga kerahasiaan penerima dan pemberi organ. Han sangat berterima kasih pada pendonornya, sementara Pan merasakan kepuasan tersendiri ketika dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Ladies, kebaikan sekecil apapun, tak akan ternilai maknanya ketika datang pada saat dan orang yang tepat. Jangan ragu melakukan kebaikan yang tulus karena sangat besar makna bantuan Anda bagi orang di sisi lain dunia saat ini.

Sumber: vemale.com

Fakta dari 5 Ramalan Kiamat 2012 Oleh Suku Maya

Pada Jumat, 21 Desember, beberapa orang mengatakan bahwa kiamat yang diramalkan suku Maya akan tiba dan dunia bakal berakhir. Kabar baik, kiamat tersebut tampaknya tidak akan terjadi.


Badan antariksa NASA mengeluarkan siaran pers tertanggal 22 Desember yang berjudul “Kenapa Dunia Tidak Berakhir Kemarin”.

Ramalan mengenai kiamat suku Maya muncul dari sebuah kesalahpahaman tentang kalender perhitungan panjang Maya kuno, yang mengakhiri siklus 400 tahun yang disebut b'ak'tun pada 21 Desember, 2012, yang merupakan hari titik balik matahari pada musim dingin.

Perhitungan itu kebetulan saja merupakan b'ak'tun ke-13 dalam kalender, yang merupakan patokan suku Maya yang dianggap sebagai siklus penuh penciptaan alam semesta.

Apakah Anda paham? Siklus. Dengan kata lain, suku Maya memiliki pandangan siklus untuk waktu dan tidak akan melihat akhir dari siklus kalender tersebut sebagai akhir dunia.

Sebenarnya perkiraan tersebut tidak akan muncul sampai bangsa Barat mulai menafsirkan ulang kalender dalam beberapa dekade terakhir — bahwa kalender tersebut mengisyaratkan tanda-tanda kiamat.

Rumor kiamat suku Maya menjamur di internet, mulai dari keyakinan bahwa 21 Desember akan membawa era baru pemahaman perdamaian dan pemahaman universal hingga prediksi peristiwa astronomi yang menghancurkan alam semesta. Kita semua mendukung perdamaian dunia, tapi kami di sini ingin membuat rasa takut Anda hilang, terkait kemungkinan hancurnya Bumi.

Berikut lima kekhawatiran ramalan kiamat suku Maya yang umum dan mengapa ramalan itu tidak akan terjadi:

Prediksi 1: Matahari akan membunuh kita semua
Orang-orang yang meyakini kiamat suku Maya mulai mengada-ada tentang fakta bahwa matahari sedang memasuki fase aktivitas maksimum. Matahari berputar melalui periode tenang dan kegiatan yang memuncak kira-kira setiap 11 tahun — periode aktif ditandai dengan peningkatan badai matahari dan lidah api.

Beberapa lidah api memang bisa memengaruhi Bumi. Ketika matahari melepaskan partikel elektromagnetik sedemikian rupa, hal tersebut dapat berinteraksi dengan atmosfer kita. Badai matahari dapat mengganggu telekomunikasi, meskipun itu sebenarnya dapat dihindari. Partikel-partikel tersebut juga bisa menyebabkan fenomena aurora, cahaya yang ada di belahan Bumi utara dan selatan.

Prediksi badai matahari yang akan terjadi pada 21 Desember dan akan menghancurkan planet ini tidak didasarkan pada kenyataan, seperti yang dinyatakan para ilmuwan NASA. Puncak matahari ini adalah salah satu yang “paling lemah” dalam sejarah, ujar Lika Guhathakurta, ilmuwan NASA, yang berbicara dalam panel online mengenai kiamat suku Maya pada 28 November. Dengan kata lain, para peneliti tidak melihat alasan untuk memprediksi bahwa badai matahari mampu menghancurkan peradaban kita.

Prediksi 2: Kutub magnet Bumi akan terbalik
Apa hubungannya kiamat suku Maya dan elektromagnetisme? Rumor itu menyatakan, Kutub Utara dan Selatan akan tiba-tiba bertukar posisi pada 21 Desember.

Kenyataannya adalah bahwa kutub tidaklah benar-benar berpindah posisi seperti kedengarannya: terkadang medan magnet Bumi memang berubah posisi, namun hal itu tidak akan terjadi hanya dalam waktu satu hari. Kutub berubah dalam waktu ratusan ribu tahun, ungkap NASA. Perubahan dari kutub magnet dapat menyebabkan sedikit peningkatan radiasi kosmik, namun perubahan sebelumnya tidak mengganggu kehidupan di Bumi seperti yang terlihat dalam catatan fosil.

Memprediksi perubahan kutub magnetik juga sulit. Perubahan terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu, oleh karena itu perubahan lain baru mungkin terjadi dalam beberapa ribu tahun berikutnya. Namun, telah ada setidaknya satu periode saat kutub magnet tetap berada pada posisinya selama 30 juta tahun.

Prediksi 3: Planet X akan bertabrakan dengan Bumi
Planet X, kadang-kadang dikenal dengan nama Nibiru, sebenarnya tidak ada. Namun demikian, beberapa orang yang berteori tentang kiamat telah meramalkan bahwa pada 21 Desember "planet asing" itu akan bertabrakan dengan Bumi, dan memusnahkan semua makhluk hidup.

Rumor Planet X dimulai pada 1976, ketika mendiang penulis Zecharia Sitchin mengklaim telah menerjemahkan teks bangsa Sumeria yang menemukan kembali planet Nibiru yang hilang, yang diduga mengorbit matahari sekali setiap 3.600 tahun — ini menjelaskan mengapa manusia dan teleskop modern tidak pernah melihat planet tetangga itu.

Pada 2003, orang yang mengaku sebagai peramal dan penghubung alien, Lieder Nancy, memperingatkan bahwa planet tersebut akan bertabrakan dengan Bumi. Bila itu tidak terjadi, maka tahun kejadian tersebut berubah menjadi 2012, bertepatan dengan mitos kiamat suku Maya.

Tentu saja, seharusnya sebuah planet yang berada pada jalur tabrakan dengan Bumi dalam beberapa hari saja, dapat sangat terlihat dengan mata telanjang. Bahkan, Nibiru seharusnya muncul sama terangnya dengan Mars di langit malam pada April 2012, jika ramalan itu benar. Mengingat NASA memiliki kemampuan untuk melihat ke luar angkasa, sebuah planet terdekat menuju Bumi tidak akan lolos dari deteksi mereka.

"Kami seharusnya sudah melihat planet itu beberapa tahun lalu," kata Don Yeomans, manajer Near-Earth Object NASA di Pasadena, California.

Prediksi 4: Planet-planet akan sejajar
Ketakutan lain adalah planet-planet akan sejajar pada 21 Desember, entah bagaimana kejadian itu bisa memengaruhi planet kita. Teori yang satu ini sangat mudah untuk dibantah. Berikut penjelasan NASA:

"Tidak ada kesejajaran planet dalam beberapa dekade mendatang," seperti yang diungkapkan situs lembaga antariksa itu pada 2012. "Bahkan bila kesejajaran tersebut benar-benar terjadi, tidak akan ada efek yang berarti pada Bumi."
Sebelumnya memang ada kejajaran planet pada 1962, 1982 dan 2000, seperti yang diungkapkan NASA, dan kita semua toh masih hidup.

Prediksi 5: Bumi akan gelap total
Rumor ini, beredar lewat email sampah, klaim yang menyebutkan bahwa NASA memprediksi bahwa Bumi akan mengalami kegelapan total antara 23 Desember dan 25 Desember. Itu benar-benar merusak keceriaan di hari Natal!

Beberapa email mengklaim, situasi tersebut akan terjadi sebagai akibat dari matahari dan Bumi yang sejajar untuk pertama kalinya, sementara pihak lain mendasarkannya pada kisah liar bahwa Bumi memasuki "sebuah sabuk tidak bergerak" yang disebut sabuk Photonic. Apapun dugaan penyebab terjadinya fenomena gelap total pada Bumi, hal itu sama sekali tidak akan terjadi, ungkap NASA.

"Tidak ada kesejajaran seperti itu," tulis pejabat di badan antariksa tersebut. Jadi masih percaya dengan ramalan kiamat suku maya sobat :)

Sumber: apasih.com

Detik-Detik Wafatnya Ibunda Nabi Isa as

Assalamu'alaikum wr. wb.

Ketahuilah bahwa semua manusia, kelak pasti akan mengalami mati. Akan mengalami kehidupan di alam Barzakh.
Begitu pula dengan Maryam, ibu dari Nabi Isa as.
Di alam kubur, Maryam mendapatkan tempat yang nyaman.

Kisahnya

 

Nabi Isa as ini pernah merasakan kehilangan yang sangat luar biasa.
Bagaimana tidak, pada saat ibunda tercintanya meninggal, Nabi Isa as tidak berada di sisinya.

Maryam menghembuskan nafas terakhirnya di atas sebuah gunung.
Pada saat itu, Nabi Isa as merasakan kehampaan yang luar biasa. Sosok ibu yang sangat beliau sayangi dan selalu menjadi teman curhatnya telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Begitu sedihnya Nabi Isa as, hingga saat dirinya turun gunung untuk meminta bantuan kaum Bani Israil untuk mengurus jenazah ibunya, tapi tak seorang pun dari mereka yang bersedia membantu.
Nabi Isa as pun kembali naik ke atas gunung dimana jenazah ibunya berada.

Maryam Dimandikan Bidadari

 

Gelisah dan gelisah yang Nabi Isa as rasakan.
Namun tak lama setelah itu, Allah SWT mengutus Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail agar tutun ke bumi dengan membawa serta bidadari untuk mengurus jenazah ibunda Nabi Isa as.

Setelah bertemu dengan para malaikat dan para bidadari, Nabi Isa as pun segera meminta pertolongan untuk memakamkan jenazah ibunya.
Saat itu, Malaikat Jibril berhadapan dengan Nabi Isa as dan berkata,
"Aku ini sebenarnya adalah Malaikat Mikail dan sahabatku ini adalah Malaikat Jibril. Aku sudah membawakan obat tubuh dan kain kafan dari Tuhanmu dan para bidadari cantik jelita sekarang sedang turun dari surga untuk memandikan dan mengkafani ibumu."

Begitu mendengar penuturan Malaikat Mikail tersebut, Nabi Isa as pun sangat bahagia.
Tak lama kemudian, Malaikat Jibril menggali kubur di atas gunung untuk makam Ibunda Nabi Isa as.

Ketika para bidadari telah sampai di bumi, mereka langsung memandikan dan mengkafani jenazah Maryam.
Setelah itu, jenazah Maryam dishalatkan kemudian dikuburkan.

Nabi Isa as pun berdoa kepada Allah SWT,
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau mendengar kata-kataku dan tidak sedikitpun urusanku yang tersenbunyi dari-Mu. Ibuku kini telah meninggal, sedangkan aku tidak menyaksikan sendiri ketika dia wafat. Olah karena itu, izinkanlah dia (Maryam) berkata sesuatu kepadaku."

Maryam Bahagia Dalam Kubur

 

Tak lama setelah Ibunda Nabi Isa as dimakamkan, Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya Aku telah memberi izin kepadanya."

Mendengar Firman Allah SWT tersebut, Nabi Isa as pun langsung pergi ke makam ibunya.
Setelah sampai di makam, Nabi Isa as berkata,
"Assalamuualaiki ya ibu, bagaimanakah dengan tempat pembaringanmu dan tempat kembalimu dan bagaiman pula kedatangan Tuhanmu?"

Betapa Sakitnya Saat nyawa Dicabut

 

Maryam berkata,
"Tempat pembaringanku dan tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat, sedangkan aku menghadap kepada Tuhanku, aku tahu bahwa Dia telah menerimaku dengan rela."
"Wahai ibu, bagaimanakah rasa sakitnya mati?" tanya Nabi Isa as.

"Demi Allah SWT yang telah mengutusmu sebagai nabi dengan sebenar-benarnya, belum hilang rasa pedihnya mati aku rasakan hingga sekarang. Demikian pula rupa Malaikat Maut yang belum hilang dari pandangan mataku. Alaikassalam, wahai kasih sayangku sampai hari kiamat," jawab Maryam yang mengakhiri percakapannya.

Nabi Isa as pun merasa lega karena ibundanya telah mendapatkan nikmatnya kubur.

Nabi Isa pada detik-detik terakhir meninggalnya Maryam, beliau turun gunung untuk mencari kayu bakar dan makanan yang digunakan untuk berbuka puasa nantinya.
Dalam riwayat lain, dijelaskan bahwa Maryam meminta penundaan untuk mati sampai kembalinya Nabi Isa as. namun permintaan tersebut ditolak dengan tegas oleh Malaikat Maut.

Ibunda Maryam meninggal pada saat sedang menunaikan shalat, dikira Nabi Isa as, ibunya tengah menjalankan shalat hingga Nabi Isa pun turut juga melaksanakan shalat hingga pagi menjelang.
Setelah pagi inilah Nabi Isa as baru sadar, bahwa ibunya telah berpulang ke Rahmatullah.
Subhanallah....

Wassalamu'alaikum wr. wrb.

Sumber: kisahislamiah.blogspot.com

Cerpen Karya Asma Nadia - Mengayam Kesabaran

Cerpen islami karya Asma Nadia memang sudah tidak usah diragukan lagi, dia adalah penulis muda berbakat dari indonesia pendiri forum lingkar pena. Kita simak saja yuuk ceritanya.

"Kriiinnnggg!" Jam wekker di samping kepalaku berbunyi nyaring. Reflek kugerakkan tanganku memencet tombolnya. Hmmm, jam 4.45. Kulihat Aa sudah tidak ada di sampingku, aku bergerak menyalakan heater dan bergerak menuju ruang sebelah. Di sana kulihat Aa tertidur dengan pulasnya. Dengan jaket tebal dan sarungnya. Posisinya melingkar membuat tubuh Aa yang jangkung tampak mengecil. Aku tersenyum. Rupanya Aa shalat malam tanpa membangunkan aku.Terlihat terjemahan Al quran yg masih terbuka di samping kepala Aa. Kututup perlahan terjemahan itu. Kuberjongkok di samping tubuh Aa, tersenyum memandangi wajah Aa yang terlihat damai sekali. "A..Aa..!" Kuguncang-guncang bahu Aa pelan. Aa menggeliat sebentar. Tapi seakan tidak peduli malah membalikkan posisi tubuhnya membelakangiku. Kuulang hal yang sama. Aa belum mau bangun juga. Kalau sudah begini, cuma ada satu cara yang ampuh. Usapan air! Aku bergegas menuju dapur dan memutar kran lalu mencuci tanganku. Siraman air dingin membuat sel-sel sarafku bereaksi seketika. Rasa kantuk yang masih tersisa lenyap dibuatnya. Kuusapkan tanganku yang dingin pada wajah Aa. Suamiku terbangun seketika dan menatapku dengan wajah bangun tidurnya yang lucu. "Assalamu'alaikum! Sudah mau jam 5..."kataku memandang Aa sambil menahan tawa. Aa bangkit dari tidurnya. "Hmm..,"gumamnya masih ogah-ogahan. "Dede wudhu dulu..awas jangan ketiduran lagi!"ancamku sambil beranjak ke kamar mandi.
Subuh itu seperti biasa kami selesai shalat berjamaah kami lewati dengan tilawah Al Quran dan doa Matsurat. Dan seperti biasanya tilawah Aa lebih panjang dari pada lama tilawahku. Aku beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi dan mencuci pakaian. Ketika aku memasukkan baju-baju kotor ke mesin cuci, ku dengar suara Aa. "De..! Sudah nggak papa perutnya..? Katanya mulas habis dari Rumah sakit kemarin.." "Nggak, udah nggak papa, kok, "sahutku.
 
Kemarin memang hari di mana aku harus pergi ke ahli kandungan untuk memeriksakan diri secara rutin tiap bulan. Sebelum memasukkan alat itu ke dalam tubuhku, dokter wanita yang ramah itu mengingatkanku, bahwa pengobatan seperti ini memang menyakitkan. Jadi aku bisa menolaknya kalau tidak tahan. Tapi kupikir-pikir toh sama saja sakit sekarang atau nanti. Maka kubilang pada dokter tersebut. "iie. Daijoubu desu. Yatte kudasai, onegaishimasu.(tidak apa-apa. Tolong laksanakan saja...)" Dokter Abe tertawa. "Gaman site, ne...(bersabar ya, kalau sakit..)" Dan benar saja. Perutku terasa diperas-peras, kepalaku gelap. Aku hampir terjatuh ketika bangkit dari tempat tidur. "Sebentar akan saya telfonkan taksi untuk mengantar anda pulang ke rumah!" Kata dokter Abe bergegas keluar. Aku berterimakasih padanya sambil menahan rasa mual yang tidak dapat kuceritakan rasanya. 
Sampai di rumah aku tak kuat bangun lagi. Sehabis Ashar aku tak sempat lagi membuat makan malam buat Aa. Ketika Aa pulang, dan mendapatkanku sedang tidur Aa sendiri yang memasak makan malam. Alhamdulillah, Aa memang mengerti keadaanku, walaupun sebenarnya tidak mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Tapi beliau tidak marah karena tidak ditemuinya makan malam di meja makan, malah beliau berinisiatif sendiri untuk memasaknya. Ya Allah terimakasih karena telah Kau berikan seorang suami seperti Aa, kataku bersyuku dalam hati. 
"Hei! Kok, bengong !" Aa mencolek bahuku. Aku terkejut, agak malu tertangkap basah dalam keadaan bengong. "Masak apa, De..? Mi goreng sajalah ya. Kan mi goreng buatan Aa jaminan mutu.." Aa bergerak menuju wastafel dapur dan mulai membuka-buka kulkas. Aku mengangguk saja. Mi goreng adalah masakan kebisaan Aa. Dan harus diakui kadang-kadang rasanya jauh lebih enak dari buatanku. Pagi itu kami sarapan pagi dengan mi goreng dan sup miso ala Aa. Sedap karena Aa menambah rasanya dengan keikhlasan... Dan seperti biasa kami berpisah di dekat stasiun. Aku ke kiri menuju kampusku yang telah berdiri di sana, sedang Aa ke kanan, ke arah stasiun karena Aa harus ke kampus dengan kereta listrik. "Nggak papa, De..? Kuat kuliah..?"tanya Aa lagi sebelum berpisah. "Insya Allah nggak papa...Lagian cuma sebentar hari ini, seminar saja. Kan giliran Dede yang harus presentasi.."jawabku berusaha menghilangkan kekhawatiran Aa. "Yah, sudah kalau nggak papa. Hati-hati, ya..Assalamu'alaikum!" Aku mencium tangan Aa dan membalas salamnya. Kutunggu sampai tubuh jangkung Aa hilang di pintu stasiun.

Aku dan Aa berselisih dua tahun. Kami menikah ketika aku tahun ketiga, dan Aa sedang dalam proses menyelesaikan skripsinya. Kami berada di fakultas yang sama, FMIPA, walau berbeda jurusan. Aku kimia, sedang Aa fisika. Alhamdulillah, Allah menjawab doa-doa kami, dengan memberikan cinta dan kasih sayangNya pada hati-hati kami. Walau kami tidak berpacaran seperti yang biasa dilakukan orang-orang pada umunya, ternyata kami bisa cocok dan saling memahami hingga usia perkawinan kami menjelang tahun ke enam sekarang, tak ada percecokan yang sampai mengguncang bahtera yang kami layari. Kalaupun ada mungkin keinginan kami untuk mempunyai anak.Tidak, itu tak pernah mengguncangkan bahtera. Bahkan boleh dibilang memperkuat ikatan tali hati kami. Ketika setelah dua tahun menikah Allah belum juga mempercayakan amanah itu pada kami, aku sendiri masih tenang-tenang saja. Aku memang tidak mempunyai siklus bulanan yang teratur sebagaimana wanita normal. Tetapi melihat keturunan dari ibu dan bapak, keluargaku termasuk"subur". Demikian pula Aa. Sampai akhir nya Aa pergi belajar ke Jepang ditugaskan lembaga yang selama ini memberi Aa beasiswa, dan aku menyusulnya satu tahun kemudian untuk menemani Aa setelah skripsiku yang sedikit berlarut-larut karena aku harus membagi waktuku sebagai seorang istri dan mahasiswi, selesai disidangkan.
 
Atas keinginanku yang disetujui oleh Aa, akhirnya kami berdua berkonsultasi pada dokter ahli kandungan yangsekarang ini. Kebetulan dan alhamdulillah sekali beliau perempuan.. Dan setelah diteliti, ternyata benar dugaanku. Aa normal, akulah yang sakit. Sehingga sejak satu setengah tahun lalu aku berobat secara intensif. Walaupun belum tampak hasilnya hingga kini. Namun atas dorongan semangat Aa, aku bisa terus sabar berusaha hingga kini. Dan aku tahu, Aa juga menunjangnya dengan doa-doa di sujudnya yang lama setelah shalat, sebagaimana yang juga aku lakukan. ****

Kesepian menunggu datangnya amanah itu bukannya tak pernah kami rasakan, khususnya aku. Tanpa aku katakan pada Aa apa yang aku rasakan, Aa seakan mengerti. Sehingga ketika hari tahun ajaran baru universitas dimulai, Aa menyarankan agar aku melanjutkan sekolah saja. Di rumah sendiri bukannya tak ada pekerjaan. Pekerjaan menterjemahkan secara bebas artikel-artikel bahasa Inggris dan kukirim ke redaksi-redaksi majalah, adalah pekerjaan yang sudah kumulai sejak aku masuk universitas. Lalu kursus Bahasa Arab gratis dengan beberapa teman, ibu-ibu dari Mesir seminggu sekali. Dan pelajaran bahasa Jepang secara autodidak yang aku lakukan melalui TV dan majalah berbahasa Inggris-Jepang. Belum lagi pekerjaan rumah tangga, yang walaupun sebagian besar serba otomatis tetapi membutuhkan kesabaran untuk melawan kebosanan itu, juga menunggu. Tetapi waktuku yang banyak sendirian di rumah kadang-kadang membuat aku tak kuat melawan sepi. Dan Aa mengerti benar kecenderunganku tersebut.

Dan akhirnya aku memilih masuk fakultas pendidikan, dan mengambil spesialisai psikologi pendidikan. Karena aku melihat Jepang mapan dalam pendidikan dasarnya. Sedari dulu aku tergelitik untuk mengetahui "resep"nya. Tanpa pikir dua kali aku menyambut saran Aa. Dan jadilah setahun yang lalu aku mahasiswi graduate di universitas yang sama dengan tempat Aa sekarang. Walaupun satu universitas tempat kami berjauhan. Dan kami memutuskan untuk pindah ke tempat yang sekarang.

Hari-hari hanya berdua saja dengan Aa dari sisi lain kurasakan juga sebagai anugerah Allah pada kami. Karena belum disibukkan oleh anak, membuat aku lebih punya banyak waktu memperhatikan Aa, berdiskusi banyak hal dengan Aa, dan lain-lain yang kurasakan sangat mendekatkan aku dengan Aa. Jalan-jalan pagi atau sore sepanjang sungai kerap kami lakukan. Dan ketika kami bertemu dengan pasangan suami istri yang berjalan-jalan bersama buah hati mereka, tanpa sadar mata-mata kami memandang pada si kecil yang yang memandangiku dengan lucunya. Dan seperti biasa, kalau tidak aku atau Aa akan berguman. "lucunya.." "A, nanti anak kita lucu atau nggak, ya..?" Atau: "De, mudah-mudahan anak kita juga lucunya kayak gitu.."Yang kuaminkan dalam diam. Dan biasanya kami akan saling memandang dan tersenyum bersama. Walau bagaimanapun kami merindukan kehadiran amanah itu, ya Allah..
 
Dan tibalah keajaiban itu, tepat empat bulan setelah itu, hawa dingin sisa-sisa musim dingin masih tertinggal. Bulan Februari akhir, beberapa hari sebelum Ramadhan. Aku menemui Dokter Abe seperti biasa. Kali ini sambil membawa buku catatan suhuku yang kuukur setiap hari. Ada debar-debar harap karena kulihat grafik suhu tersebut tidak menurun. Tapi aku tak mau terlalu berharap. Karena takut kecewa yang berlebihan, jika bukan berita baik yang kudapat. Dan dengan perasaan sedikit tak tenang kutunggu hasil pemeriksaan urine. Dan kudengar namaku dipanggil. "Aya-san!" Kudapati dokter Abe dengan ekpresi ramah seperti biasa. "Duduklah,"katanya. Aku duduk dihadapannya sambil harap-harap cemas. Dan.."Omedetou gozaimasu..!(selamat..)" aku mendengar kata-kata itu dengan kelegaan yang luar biasa, tetapi juga diiringi dengan tangis haruku yang naik ke kerongkongan."Positif..,"kata dokter Abe melanjutkan. Alhamdulillah, Alhamdulillahrabbil'alamin..Subhanallah...Ya Allah, Maha Besar Engkau yang telah mengabulkan permintaan dan usaha hamba-hambaNya. Aku bertasbih dan bertahmid dalam hati, air mata bahagia yang kurasakan hangat keluar tanpa mampu kutahan lagi. Dokter Abe memandangku dengan senyumnya, dan aku tahu dimatanya yang tersembunyi oleh kacamata itu ku dapati juga kaca-kaca. "Domou arigatou gozaimasu.."kataku berterimakasih padaNya. Dia menggeleng. "Bukan saya yang membuatnya demikian, tetapi Kamisama(Tuhan) lah yang memberikannya. Bukan begitu Aya-san?" Aku mengangguk. Alhamdulillah, Segala puji bagi Engkau...  
 
Sesampainya di rumah, aku seperti mempunyai tambahan energi baru. Aku masak soto ayam kesukaan Aa, kali ini tanpa pelit dengan daun sereh dan daun jeruk, biar sedikit istimewa. Juga acar, sambel kecap, serta perkedel jagung. Ketika dering telpon berbunyi, aku segera berlari mengangkatnya. Pasti itu Aa. Benar saja...Sehabis menjawab salam Aa, tanpa memberi kesempatan Aa berbicara aku berkata:"A, cepet pulang!..."

Dan hari-hari selanjutnya kurasakan lebih bergairah lagi. Walau janin di perutku baru dua bulan, tapi aku yakin dia sudah merasakan apa yang aku rasakan. Buku-buku tentang pendidikan janin dalam rahim, cara merawat bayi,sampai majalah tentang permasalahan bayi, yang dulu sempat kuletakkan jauh-jauh dari penglijatanku kupindahkan dekat rak buku-buku kuliahku. Uang tabungan yang kusisihkan dari uang belanja kubelikan walkman. Juga tak lupa aku rajin menggaris-garis buku pedoman pendidikan anak dalam Islam dan kuingat-ingat bagian yang pentingnya. Kini hari-hari ku tak pernah kulewatkan tanpa walkman yang memutar ayat-ayat Al-quran. Juga hari-hari di rumah aku lewatkan dengan "mengobrol" dengan janinku. Sampai Aa iri, karena aku bisa merasakan kehadiransi kecil lewat tubuhku, sedang Aa tidak. Alhamdulillah, aku tidak banyak mengidam dan merasakan mual. Padahal aku khawatir juga, karena sampai sekarang aku masih kuliah seperti biasa. Hanya saja waktu membacaku kuhabiskan sebagian besar di rumah, bukan di perpustakaan seperti biasanya. Karena di rumah aku lebih punya waktu dan lebih bebas "bicara" dengan si kecil.
 
Sampai saat itu...
Kali itu pemeriksaan kandunganku yang keenam. Menurut hitungan dia sudah 10 pekan usianya. Hari itu kuajak Aa juga. Karena kata Dokter Abe kandungan ku mungkin sudah bisa dideteksi oleh USG, maka beliau mengundang Aa juga untuk ikut menyaksikannya. Akan tetapi, takdir Allah menentukan lain... "Aya -san, terakhir memeriksakan kandungan tiga minggu yang lalu, ya..?" Dokter Abe bertanya memastikan setelah selesai memeriksaku. "Iya, sensei.."Aku mulai merasakan hal yang tidak enak menjalari hatiku. "Heemm, bisa tolong panggil suami anda..?"

Dan aku berusaha tabah ketika mendengar penjelasan itu. Janinku tidak berkembang! Penyebabnya sendiri belum diketahui secara persis. Karena pada pemeriksaan terakhir dia masih "hidup". Aku harus mengeluarkannya agar tidak meracuni rahimku.Aa menggegam tanganku erat. Kurasakan tubuhku bergetar menahan tangis. Ya Allah. Kutunggu kedatangannya selama 5 tahun lebih.Mengapa dia Kau panggil tanpa sempat kulihat wajah lucunya? Kenapa Kau panggil dia tanpa sempat aku rasakan lembut kulitnya, indah bening matanya, dan tangisan rewelnya. Aa menggegam tanganku lebih erat lagisambil berucap pelan, "Istighfar, Dede..Istighfar.."Ya, seakan mengerti apa yang bergalau di hatiku.

Aku beristighfar dalam hati mencoba menghilangkan rasa penyesalanku atas taqdir Allah. Tidak, aku tidak boleh menyalahkan Allah atas cobaanNya, seru sebuah bagian hatiku. Tetapi kenapa Dia panggil anakku yang sudah begitu lama kunantikan, tanpa memberiku kesempatan untuk jangankan membelainya, bahkan merasakannya untuk lebih lama berdiam dalam perutku? Seru bagian hatiku yang lain. Ya Allah, ampuni aku. Ya Allah, ampuni aku.Akhirnya bagian hatiku yang bersih menyapu bagian hatiku yang kotor. Dan kutemukan diriku dalam keadaan tenang kembali. Ku dengar Aa berucap pelan "Innalillaahi wa inna ilaihi Raaji'uun.." Dan dengan tenang menandatangani formulir operasi buatku.
 
Empat hari aku di rumah sakit. Aku tak merasakan perubahan yang berarti pada tubuhku. Tapi tidak demikian pada hatiku. Aku merasakan kesendirian ketika kusadari "anakku" tak ada lagi dalam diriku. Aa sendiri tak banyak berbicara tentang masalah itu. Aa tampak berusaha bersikap biasa. Namun aku tahu Aa menanggung kesedihan yang sama seperti yang kurasakan.

Maghrib itu kami berjamaah seperti biasa. Yang tidak biasa hanyalah itu pertama kali kami shalat berjamaahan sejak aku mengungsi di rumah sakit. Pada rakaat yang kedua Aa membaca surat Al Baqoroh dari ayat 153. Dan suara Aa bergetar ketika mencapai: .... Walanabluwannakum bisyayi im minal khaufi wal juu'i wanaqshim minal amwaali wal anfusi watstsamaraat. Wabasyiri shabiriin Alladziina idzaa ashabathum mushibah, qoluu inna lillaahi wa inna ilaihi raji'uun.Ulaika alaihim shalawaatum mir rabbihim warahmah. Wa ulaaika humul muhtadun... ...

(... Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepada mu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa mushibah mereka berucap: Innalillaahi wainna ilaihi raaji'unn. mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari RabbNya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ...)

Aku terisak di belakang Aa, mendengar teguran Allah yang lembut itu. Betapaku rasakan Allah langsung menegur sekaligus menghiburku lewat ayat-ayat tersebut. Selesai shalat, seperti biasanya Aa shalat rawatib ba'da maghrib , lalu berdzikir sebentar. Tak lama kemudian membalikkan badannya ke arahku. Aku menatap Aa. Kutemui mata yang cekung dan kurang tidur, karena beberapa hari ini Aa harus menjalani hidup antara rumah, rumah sakit, dan kampus. Kucium punggung tangan Aa seperti biasanya. Aa tersenyum bijak dan mengelus kepalaku dengan tangan kirinya. "Innallaaha ma'ashshabiriin, De.."katanya serak. Aa bukanlah tipe orang yang mudah mengekspresikan emosinya lewat titik air mata. Tapi kali ini, kulihat mata cekung Aa dipenuhi oleh kaca-kaca. Aku mengangguk pelan. Kurasakan mataku memanas lagi, dan kurasakan pandanganku kabur karena genangan air mata. Aa tak melepaskan genggaman tanganku, digenggamnya erat-erat seolah ingin berbagi kekuatan dengan ku.

Ya Allah, jika Engkau masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang Engkau berkati dan rahmati karena kesabaran kami menanggung cobaan, cobaan yang tidak seberat yang dialami saudara-saudara seiman kami yang harus hidup dalam ketakutan, kehilangan harta, bahkan nyawa dalam mempertahankan tanah air Islam, maka bimbinglah kami terus untuk dapat terus menganyam benang-benang kesabaran kami, agar menjadi kuat dan kokh sehingga mampu menanggung cobaan yang lebih berat lagi.(is95)

************

Keterangan: Aa * bahasa sunda artinya sama dengan panggilan Mas(untuk orang Jawa), atau Abang (untuk orang Betawi) Dede * bahasa Sunda, artinya sama dengan adi, jeng (atau apalah panggilan sayang buat istri) Miso * semacam tauco Indonesia terbuat dari beras, kedelai, dan garam Domou arigatou gozaimasu: terimakasih banyak .....san: cara orang Jepang memanggil lawan bicaranya. 
  
Sumber: unosites.blogspot.com
 
 


 
 

Cinta = Air Mata (Cerita Pendek)

Selamat _______________________ (isi sesuai dengan keadaan saat Anda membaca cerpen ini, pagi, siang, sore, malam, subuh, whatever)
Apa kabar? Semoga baik, sehat dan selalu berada dalam tatapan yang sempurna. Aminnnnn..
Hari ini, dalam membuka pintu dunia yang sepertinya telah tertutup oleh jutaan mata yang sedang merasakan ke-GALAU-an. Aku akan menceritakan sebuah cerita (lumayan) pendek, sumpah! benar-benar pendek, ciyuusss.... Ingat! Setiap ada kalimat yang berada di dalam kurung => (___) berarti itu adalah kalimat lansung dari pengarang. Tunggu! Sudah pada tahu kan siapa pengarangnya? Jelas, pengarangnya adalah orang sudah dari tulisannya Anda baca :-D Orang yang insya Allah ganteng, cakep, tampan, beribawa, pintar, baik, soleh, rajin menabung dan tidak sombong (GubrakKKK).

Tanpa basa-basi lagi , sebelum pembacanya melarikan diri dan belum sempat membaca CERPEN ini, lansung saja kita pesan KTP, ehhh. maksudnya ke TKP. Let's go to story.....
Uuuppps,,,,, tunggu dulu! (apa lagi sih?) Cerpen ini adalah cerita billingual, jadi ada dua bahasa. Buat kalian yang kurang mengerti silahkan konsultasi lansung sama ABAH GOOGLE. Thanks..

Cinta = Air Mata

Kisah ini berawal dari seorang pasangan yang sedang memadu kasih (tenang! madunya masih madu asli). Sebut saja mereka adalah Rara dan Gilang (maaf,nama tidak disamarkan). Rara adalah gadis paling baik (semoga saja) tapi juga punya tipu muslihat yang super canggih, lebih canggih dari IPAD, I-PHONE atau saudara-saudaranya yang lain. Sedangkan Gilang adalah cowok tampan dan super tajir alias pengusaha paling kaya di kota itu (maaf, kota tidak disebutkan karena memungkinkan Anda untuk tertarik mengunjunginya) tapi dia juga agak bodoh, bahkan bodoh banget tapi super setia.

Rara dan Gilang sedang bercumbu mesra di sebuah taman bunga yang pasti banyak bunganya. Di tengah kemesraan mereka, tiba-tiba seorang bule yang kurang jelas keberadaanya itu datang dengan muka merah memanas. Gilang yang sementara sedang memegang tangan Rara dengan penuh kasih ditambah cuka dan diuleti dengansedikit bumbu pelengkap (loh, kok jadi kayak mau masak?). Bule itu lantas datang memisahkan mereka berdua.

"Woy, who are you? Why do you hold my girlfriend?" kata bule itu dengan logat Amerika-nya masih kental sambil melepaskan tangan Gilang yang tertempel rapi di atas tangan Rara.
"I don't know" balas Gilang yang sok mengerti perkataan bule itu."Sayang, siapa dia? datang ngga jelas lansung memisahkan kita. Lalu apalagi yang dikatakannya?" lanjut Gilang sembari bertanya kepada Rara.
"Tenang sayang, dia itu klien saya (tuh kan, bohong!)" Jawab Rara dengan lumayan penuh meyakinkan kata-katanya.

Saat itu, Gilang ingin mengurus bule itu dengan menghajarnya tapi karena tiba-tiba telponnya berdering dengan kencang yang hingga terdengar sampai bumi bagian selatan (wajar, telpon mahal kayaknya). Telpon itu berasal dari salah satu teman bisnisnya. Karena penting jadi dia harus datang untuk menemuinya.

"Sayang, nanti saya jelaskan semuanya. Cepat pergi, nanti teman kamu marah lagi" tangkas Rara.

Gilang pun meninggalkan Rara bersama bule yang diakui sebagai klien Rara. (Tenang pemirsa, ini masih awal belum klimaks, jadi ngga usah lebay).
Sementara Gilang pergi bertemu dengan teman bisnisnya. Rara dan bule itu melakukan aksinya (yuhuuu! asyik). Mereka berpegang erat dengan penuh kemesraan. Lagi rayu merayu bak pangeran dan cinderela yang kehabisan bensin ditengah jalan (ngga nyambung, tapi tak apalah..).

Di waktu yang sama, Gilang kemudian bertemu dengan teman bisnisnya yang ternyata merupakan seorang perempuan (tenang pemirsa, ngga usah kesal dulu.Gilang itu setia kok'). Perempuan itu sangat ganjeng, berusaha menarik perhatian mulus Gilang. Dia melakukan hal demikian karena tertarik dengan lagu Justin Bieber dan suka menyanyikan lagunya (ngga nyambung? memang). Maksudnya, dia tertarik dengan sesuatu yang ada di saku Gilang,sesuatu yang menumpuk dan "uncountable" (tidak mengerti kata itu,cari Abah Google :-P). Perempuan yang diketahui bernama Sonya itu berjuang dengan keras mendapatkan hati Gilang. Ia bahkan membanting tulang, habis itu membanting jantung. Namun, karena kesetiaan Gilang pada Rara yang sudah tidakmampu diungkapkan dengan kata-kata yang bermakna akhirnya membuat ia tidaksedikitpun berpaling dari Rara. Ia pun tidak segang-segang menolak kerja sama dengan Sonya yang padahal itu adalah kerja sama terbesarnya yang dapat membuat perusahaanya semakin maju (Gila pemirsa,Gilang itu super setia banget. Jadi malu aku sebagai pengarang. Maaf sedikit curhat!). Kerja samanya dengan Sonya pun ia batalkan karena menolak permintaan Sonya untuk menjadi dambatan hatinya.
Di tempat yang berbeda, Rara dan bule itu masih saja bermesraan. Mereka saling berpegang tangan dengan mesra bak pangeran dan permaisuri yang kehabisan bensin di tengah jalan (ngga nymabung,tapi tak apalah). Kemesraan mereka tak terlampau lama karena Rara harus meninggalkan bule itu lagi dengan alasan kantor.
“I’m sorry honey, I have to go right now! Because I have a job in my office.”  Ucap Rara menjelaskan maksud kepergiaannya.
“Never mind. Just call me later. This night!” Jawab bule itu sambil melempar senyum manisnya yang sebenarnya dari tadi asin itu.
Rara pun meninggalkan bule itu bersama yang diakui sebagai super pribadinya menuju ke kantor yang dimaksud (Tunggu dulu, pasti pemirsa bertanya-tanya, siapa sih nama bule itu? Baiklah, namanya Alexandro).

Supir pribadi yang dimaksud Rara ternyata merupakan korban selingkuhan (lain) darinya. Jadi, kalau disimpulkan dia bukan supir pribadi melainkanseorang pacar (gaswat! Playgirl bener!).
“Bubuh (nama panggilan sayang), siapa sih bule itu? Cipika-cipiki gitu. Aku kan cemburu!” Tanya selingkuhan Rara yang diakui sebagai supir pribadi dan namanya adalah Verik.
“Boboh (nama panggilan sayang juga), dia itu teman kerja aku kok. Wajar kali kalau bule itu cipika cipiki. Tidak usah marah gitu. Tenang, cuma kamu kok di hati aku.” Jelas Rara dengan perasaan yang sedikit grogi.

***

Malam akhirnya tiba,bulan yang sebelumnya bersembunyi dan sengaja menenggelamkan diri bermaksud menghargai matahari dalam menyinari dunia telah muncul bersama bintang yangbertebaran. Di rumah Gilang, ayah dan ibu Gilang, biar lebih mudah kita sebutsaja kedua orang Gilang memanggil anak tunggalnya (ayo tebak, siapa anak tunggalnya? Kalau tidak tau Anda tidak bolehmelanjutkan membaca) Pastinya Gilang. Mereka berkumpul di ruang keluargasedang rapat penting dalam membincangkan hal penting demi masa depan Gilang.Ternyata kedua orang tua Gilang telah menjodohkannya dengan sesosok perempuanyang menurut mereka tepat untuk Gilang. Perempuan yang cantik, sederajat aliassuper kaya, berasal dari kalangan bangsawan tentunya. Dengan tegas dan lantangGilang kemudian menolak perjodohan itu karena kesetiaannya pada Rara (sabar pemirsa, kita patut menghargaikesetiaan Gilang, dia itu tidak bodoh tapi bodoh banget).

“Pak, mak ,aku sangattidak setuju untuk dijodohin, ini sudah bukan jaman Siti Jubaidah kali. Akuudah nemuin cewek yang menurut aku paling cocok dan pantas buat aku nikahin.Dia itu Rara, anak tetangga jalan sebelah. Dia itu memang tidak kaya, tapi diacantik, anggun, super baik dan kalau melihatnya selalu mau muntah. Tapi ituyang membuat aku makin tertarik sama dia.” Jelas Gilang menolak dengan kerasbahkan lebih keras dari bongkahan batu yang baru di masak bibi tadi pagi.
Meski Gilang menolak,kedua orang tuanya masih bersih tegang untuk menjodohkan. Tapi karena Gilangtelah memiliki tekad yang baja atas kesetiaannya pada Rara, ia pun tidak kukuhuntuk menolak perjodohan itu. Kedua orang tua Gilang yang melihat kekuatan hatiGilang yang tak mudah ditaklukkan kemudian berkata bahwa jika Gilang tidaksetuju maka ia harus pergi dari rumah dan melepaskan semua barang-barang mewahpemberian orang tuanya. Tanpa pikir panjang. Gilang menyetujuinya dan ia relamelepaskan semua kehidupan mewahnya demi gadis yang dicintainya, Rara (sumpah, bodoh bener yah pemirsa).

Gilang pun keluar darirumahnya, melepaskan semuanya tapi tidak termasuk pakaiannya karena itu tidakboleh dilakukan (iih, pikirannya kotor!).Gilang dengan tetesan air mata yang mengambang kesana kemari menuju ke tempatRara. Sampainya tempat Rara, ia kemudian melihat lagi bule itu (udah tau kan namanya siapa?).

“Hi bro! What are youdoing here? Don’t you see this is my girlfriend’s place. Btw, why do you cry?”Kata bule itu dengan masih menggunakan logat Amerika yang kental sekental gula (perasaan gula tidak kental deh, nggapenting. Lanjutkan).
Gilang yang masihterlihat tegar, berusaha menyembunyikan air mata kepedihannya dan tanpameperdulikan bule itu. Rara yang saat itu ada di dalam rumah kemudian keluar.Ia melihat Gilang dengan wajah sedih melutut (kasiaaannnn).
“Sayang, apa yangterjadi? Kenapa wajahmu begitu terlihat sedih?” tanya Rara kepada Gilang dandengan jelas saat itu dia berada di dekat selingkuhan bule tapi karena tidakmengerti. Jadi tidak menjadi masalah.
“Kedua orang tuakumenjodohkan aku dengan wanita lain, tapi aku tolak dan aku memilih kamu.  Namun, yang jadi masalah dia mengusir aku dansekarang aku jadi miskin tanpa kemewahan lagi.” jelas Gilang.

Mendengar penjelasanGilang, tiba-tiba Rara berkata bahwa itu adalah urusan Gilang dan sama sekalibukan urusannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan masalah Gilang. Bahkan disaat itu juga dengan jelas yang menjelaskan bahwa bule itu adalah pacar dia.Dia memutuskan Gilang dengan sepihak karena alasan Gilang tidak keren lagi (cewek stres, betul-betul tidak punya hati,tapi tenang pemirsa ngga usah ikut emosi).

Disaat itu juga Gilang kemudian tambah histeris bahkan hampir pinsang dibuatnya. Dia tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dijadikan mainan oleh Rara. Dia benar-benar kecewa. Rara dan bule itu pun masuk dalam rumah meninggalkan Gilang terpaku rapat di atas rumput menangis histeris. (cengeng amat).

Dalam waktu yang hampir bersamaan. Verik datang juga di tempat Rara. Dengan bingung Veri melihat Gilang menangis histeris di depan tempat Rara. Tapi ia mengabaikannya karena menganggap Gilang sebagai orang gila.

Verik pun menuju ke depan pintu tempat Rara, mengetok sebentar karena lama tidak dibuka ia kemudian menggedor-gedor pintu hingga seperti seorang maling kemalaman. Rara berdua dengan Si bule kemudian tampak di balik pintu itu, berpelukan erat. Verik dengan wajah geram memerah, panas membara ditabur bedak merica dan diaduk rata hingga mendidih (tuh kan, masak lagi).

"Bubuh? Apa yang kamu lakukan dengan bule ini? Hey, who are you? Why do you come here?" Tanya geram Verik kepada Rara dan Alexandro.
"I'm her boyfriend and who are you?" tangkas Alexandro marah.
"What? Bubuh, inikah yang kau namakan teman kerja itu? kita putus. And for you. she is my girlfriend also but now we are break." ucap Verik kemudian pergi meninggalkan Rara dan bule itu.
"Is it right? Honey, i want to break up now!, good bye!" Kata Alexandro dengan penuh kemarahan dan lanjut menampar pipi Rara yang katanya halus itu. Kemudian bule itu juga pergi.

Rara yang ditinggalkan dua cowok sekaligus karena kebodohannya sendiri. Kemudian ia masuk ke dalam kamar dan menangis dengan histeris. Sementara itu, Gilang masih saja menangis histeris.

_____________Selesai______________

Sumber: justangzealotous.blogspot.com