Jumat, 23 Agustus 2013

Cerpen Cinta: TERNYATA KAMU

Oleh: Mentari Senja - Hari ini aku dan Shinta akan menjemputmu di Bandara, sepuluh tahun sudah kita tak berjumpa. Setelah keluargamu pindah, aku dan Shinta hanya bisa merindukanmu. Sepuluh tahun kami jalani hidup berdua tanpa dirimu, tanpa kebersamaan dan tanpa kegilaanmu. Kami sangat merindukanmu, terkhusus untukku.

“duh lama banget ya ri...mana sih Radit katanya dateng jam 10.00. ini dah jam 10.00 lewat tapi belum nongol juga tuh batang hidungnya.”shinta melirik jam warna pink ditangannya sambil terus mencari-cari sosok seorang Radit. Terlihat kegelisahan diraut wajah cantiknya.
               “ sabar lah Shin, bentar lagi juga nyampe. Mungkin emang agak telat paling pesawatnya. Ya udah kita tunggu aja disini.”aku mencoba menenangkan Shinta, walau aku sendiri juga agak gelisah.
               “eh...ri kira-kira Radit curiga ga ya. Kalau selama ini yang sering bales e-mail dia bukan aku. Apa dia masih suka sama aku.”shinta jadi gelisah sendiri, dia takut Radit kecewa kalau selama ini bukan Shinta yang ngbales semua e-mail dari Radit.
               “udahlah tenang Shin, Radit ga bakal tau ko. Lagian kan walaupun aku yang bales tuh e-mail radit, tetep aja aku pake nama kamu. Jadi kamu tenang aja deh. Dan dari semua e-mail yang dia kirim, aku yakin dia masih suka sama kamu,”shinta agak sedikit tenang setelah mendengar penjelasanku.
               “thanks ya riri, kamu emang sahabat yang baik. Kamu tau sendiri kan aku paling males kalo suruh ngebales e-mail. Aku ga suka diem dikamar Cuma buat mantengin laptop. Mendingan shopping, hehehehe. Tapi untunglah ada kamu, jadi aku selalu tau keadaan Radit. Dan yang paling penting aku tau kalo Radit masih suka sama aku.”shinta senyum-senyum sendiri membayangkan Radit.
               Aku cuma tersenyum melihat sahabatku ini, walaupun ada sedikit rasa sedih. Karena selama ini aku juga memendam perasaan pada Radit. Selama sepuluh tahun ini aku dan Radit memang masih sering berkomunikasi, tapi komunikasi ini hanya kepura-puraan. Radit menyangka kalau yang ngebales semua e-mailnya adalah Shinta, perempuan yang dari dulu dia kagumi.
               Setelah tiga puluh menit lamanya kami menunggu Radit, akhirnya pesawat yang ditumpangi Radit datang juga. Perasaanku mulai berdebar-debar, membayangkan bagaimana Radit sekarang. Apakah dia akan mengenaliku, taukah dia kalau selama ini aku lah yang selalu menemani malam-malamnya lewat dunia maya. Apakah Radit juga merasakan apa yang aku rasa. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaanku tentang Radit. Semoga dia tidak berubah.
               “jantungku deg-degan ri, kira-kira sekarang Radit seperti apa ya. Aku ga sabar neh. Duh mana ya Radit.”dengan mengangkat papan nama bertuliskan Radit, Shinta mencoba mencari sang pujaan hati.
               “shin, mungkin itu dia Radit. Lihat lelaki itu, dia datang kearah kita, pasti itu Radit.”aku menunjuk kearah lelaki tinggi memakai jaket jeans biru.
               “sepertinya iya, wah keren juga ya Radit sekarang. Aku jadi makin suka deh”
Lelaki berjaket jeans itu semakin mendekat, dia melambaikan tangannya menandakan bahwa memang benar dia adalah Radit. Akhirnya ketemu juga dengan Radit, Radit kini sudah menjadi sosok lelaki dewasa.
               “hallo princess, apa kabarmu...”Radit mendekatkan diri pada Shinta, menyapa Shinta dengan sebutan yang biasa dia ucapkan padaku saat didunia maya.
               Princess ??so sweet, Radit romantis sekali padahal baru saja ketemu Shinta hanya berdiam diri, dalam hati shinta berkata-kata siapa yang Radit sebut dengan Princess, tapi itu ga terlalu penting bagi Shinta. Shinta tak memperdulikan Radit akan memanggilnya apa. Yang dia rasakan hanya senang karena akhirnya bisa bertemu dengan Radit.
               “hallo Princess, kenapa nglamun aja. Terpesona ya ngliat aku yang ganteng. Hahahahaha.” kata Radit karena melihat Shinta yang bengong
               “hey siapa juga yang terpesona, aku hanya ga habis fikir aja bisa ketemu lagi sama cowok jelek kaya kamu,hehehehe.”shinta dan Radit terlihat semakin akrab. Kulihat mereka berdua sangat cocok, apalagi mereka berdua saling suka.
               Aku hanya bisa berdiam diri melihat keakraban antara Radit dan Shinta. Ternyata Radit tak mengenaliku, dia masih mengira bahwa Shintalah yang menjadi teman dunia mayanya. Sedikit rasa kecewa terpendam dihati, karena apa yang kuharapkan ternyata tak sesuai hati.
               “ehemm... udah dulu dong kangen-kangenannya, sampe lupa ada orang disampingnya.” aku mencoba mencairkan suasana.
               “hai nona manis, maaf aku lupa. Apa kabarmu sekarang ? apa kegiatanmu, jangan kaya Shinta ya yang sukanya ngenet sampe malem.”Radit melirik Shinta. Menggoda Shinta dengan lirikannya.
               “kabarku baik. aku juga suka ngenet ko Dit, sama kaya Shinta.”jawabku sambil ku lirik juga Shinta
               “wah ternyata kamu sama Shinta punya hobby yang sama ya, baguslah kalau gitu. Kita semua jadi kompak. heheheh, Eh ngomong-ngomong kamu punya e-mail ga?”tanya Radit kepadaku
               “aku punya, kapan – kapan aku kasih tau kamu. Oke sekarang kita pulang yuk ga enak kelamaan disini bisa jamuran kita.hehehehe.” aku dan Shinta saling berpandanngan, aku tau Shinta ingin berbicara kalau jangan sampai Radit tau yang sebenarnya.
               Akhirnya kami bertiga pulang, menuju kediaman Radit yang kebetulan tak jauh dari rumahku dan Shinta. Kami bertiga tinggal dalam satu komplek yang sama.


****************
               Pagi ini sungguh cerah, udara pagi yang sejuk ditemani hangatnya sinar mentari pagi. Daun-daun dengan tetesan embun menyapa rerumputan yang basah karena tetesan embun. Burung camar berkicauan menyanyikan kidung indah tentang pagi. Dari jendela kamarku dilantai dua, aku merasakan sejuknya angin pagi. Dan tanpa kusadari tenyata Radit telah berada dibawah.
               “woi nona manis, lari pagi yuk. Ajak Shinta juga ya.” teriak Radit dari bawah, ternyata Radit sudah siap untuk berolahraga pagi.
               “hai....sudah lama disitu, oke deh bentar lagi aku keluar. Aku call shinta dulu ya.” jawabku
               “shin, cepet bangun Radit ngajak jogging neh. Oke cepetan bangun, aku dan Radit nunggu kamu didepan rumah.”kututup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Shinta, segera kubersiap untuk jogging.
               “sudah call Shinta,” tanya Radit setelah melihatku keluar dari pintu.
               “yapz, udah. Kita langsung tunggu didepan rumahnya. Ayo berangkat.” ajaku pada Radit.
               “oke. Ayo.”
               Jarak rumahku dan Shinta tak begitu jauh, jadi tak butuh waktu lama buatku dan Radit sampai dirumah Shinta. Pagi ini Shinta terlihat begitu cantik. T-shirt pink dipadu dengan celana Panjang warna putih terkesan machting dengan kulit Shinta yang putih. Dan hal ini membuat Radit semakin terpesona.
               “hello, my princess, you are beautiful.” Radit menyapa Shinta dengan kata-kata romantis, ini membuatku sedikit sedih. Karena bukan aku yang dia sapa, melainkan Shinta yang tak tau apa-apa.
               “hallo juga cowok jelek, hehehehe.” Shinta menjawab sekenanya.
               “ayo kita berangkat.” ajaku
               “Oke.” radit dan Shinta masih saling berpandangan.
               Setelah lima belas menit jogging akhirnya kita semua memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman. Disebuah bangku panjang bercat putih, dipayungi pohon yang rindang sangat tepat untuk tempat beristirahat. Dikanan kiri terdapat beberapa pedagang makanan dan minuman, tempat ini memang biasa untuk orang-orang lari pagi jadi wajar kalau banyak juga pedagang yang menyediakan makanan ataupun minuman.
               Tiga botol teh dingin, serta tiga mangkok bubur ayam menjadi santapan pagi kita setelah lelah berolahraga. Suasana kali ini sungguh menyenangkan. Terlihat ada kumpulan anak-anak yang sedang berlari-lari kecil dengan suara tawanya yang riang, hal ini mengingatkanku tentang sesuatu. Terbayang waktu dulu saat kami semua bersama. Masa-masa kecil yang selalu kami lewati dengan berbagai canda dan tawa. Radit yang super iseng, Shinta dengan kemanjaan dan kecentilannya, sedang aku yang pendiam. Walaupun dengan berbeda karakter tapi kami semua tetap bisa bersatu. Sampai saat inipun kami bertiga masih akrab.
               Fikiranku pun melayang saat kuingat kali pertama Radit membuatku kagum padanya, Radit datang membelaku saat aku dihadang oleh anak – anak lelaki yang bandel disekolah seberang. Radit mencoba melindungiku, dia berusaha agar aku tidak terluka. Ketika itu Radit berkelahi dengan anak-anak itu, walaupun radit terluka juga tapi Radit berhasil mengusir anak-anak bendel itu. Dan saat itu aku merasakan kagum pada seorang Radit, bagiku dia adalah dewa penolong, dia juga teman penghiburku saat aku merasa sedih. Hingga saat ini kekaguman itu masih terjaga.
               “hei... nona... ngapain nglamun.”sapaan Radit menyadarkanku dari lamunan. Radit memang biasa memanggilku dengan sebutan nona. Itu sebutan saat masih kecil.
               “ohh...ga apa-apa ko. Cuma lagi menikmati alam, hehehe.” jawabku seraya memandang sekitar
               “balik yuk, cape neh.” ajak Shinta
               “oke Princess,” jawab Radit. Sekali lagi aku dan Shinta hanya saling berpandangan.

*********
               “eh ri, kira-kira Radit masih percaya ga ya kalau aku yang sering balez e-mail dia dulu.” tanya shinta padaku
               “emangnya kenapa, yang aku liat sih, kayanya dia masih percaya deh.” aku melihat kearah Shinta
               “iya ri, sekarang aku ga yakin kalo Radit masih percaya, soalnya sering banget kalo dia ngobrol sama aku dan kebanyakan obrolannya itu ga nyambung. Dia sering cerita tentang dunia maya, tentang buku love story, tentang bakso yang katanya makanan kesukaanku. Padahal kamu tau sendiri kan ri kalo aku ga suka bakso. Apalagi tentang lovestory. Aku jadi bingung harus jawab apa sama Radit.”shinta telihat bingung, dia terus mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan. Sampai mie ayam kesukaanya tidak sempat dia makan.
               “udah lah shin, aku yakin dia masih percaya.”jawabku mencoba menenangkan. Aku hanya bisa diam, memikirkan Radit. Ternyata Radit masih hafal tentang kebiasaanku, tentang love story, tentang bakso, itu semua memang tentangku. Kabiasaanku berbalas e-mail dengan Radit membawa ketidaksengajaanku untuk mengungkapkan semua kebiasaan dan kesukaanku. Aku tak sadar bahwa kebiasaanku dan Shinta sungguh jauh berbeda. Yang ku tau saat itu hanya rasa nyaman saat bisa berbagi cerita dengan Radit, walaupun hanya lewat dunia maya.
               Suasana kampus masih ramai, banyak mahasiswa berlalu lalang. Dari mahasiswa yang masih punya jam kuliah sampai yang hanya Cuma ingin menikmati suasana taman dikampus. kebetulan aku dan shinta sudah tak ada jam kuliah. Kami menghabiskan waktu dikantin kampus. Kami berdua hanyut dalam lamunan masing-masing, walaupun tertuju pada satu khayalan, yaitu Radit.
               “Ri, aku sudah putuskan untuk menceritakan yang sebenarnya sama Radit. Aku ga mau terus – terusan bohong. Aku juga ga mau terus berpura-pura tau tentang semua obrolannya. Aku ingin mencintai Radit dengan diriku sendiri, bukan apa yang Radit ceritakan. Gimana menurutmu ri.” tiba-tiba saja Shinta berbicara padaku,
               “kalau menurutku, jangan dulu shin. Ini bukan waktu yang tepat. Biarlah dia tau dengan sendirinya. Lagian kalau dia emang sayang sama kamu, pasti dia bisa menerima kamu dengan apa adanya. Ya udahlah shin jangan terlalu difikirkan.”
               “gitu ya ri, hmmm ya udahlah mungkin Cuma perasaanku aja. Thanks ya ri, kamu baik banget. Kamu juga selalu membantuku. Thanks sob.”Shinta memelukku erat, ada kelegaan yang kulihat.
               “iya shin, sama-sama. Balik yuk.”
               “hmm oke,”

*********
               “hei nona, lagi ngapain disini.”Radit menghampiriku saat aku berada ditaman sendiri.
               “hei juga, lagi duduk-duduk aja neh, sambil baca buku.”jawabku sambil mempersilahkan Radit duduk.
               “wah hoby baca juga ya kamu, lagi baca buku apa, coba aku liat.”
               “love story, novel kesukaanku, ceritanya begitu romantis aku suka.”aku menyodorkan buku novelnya kepada Radit.
               “Love Story???ko bisa kebetulan ya, aneh....”jawab Radit sedikit bingung sambil terus melihat buku novel itu
               “Aneh kenapa.?”tanyaku sedikit ragu
               “ya aneh, aku juga suka banget sama novel itu. Shinta juga suka, dia sering ngabahas novel ini di e-mail tapi kenapa ya saat aku tanya langsung sama dia kemaren dia seolah ga pernah tau tentang love story.dan juga saat aku panggil dia princess dia ga ngebales manggil aku pangeran. Aneh kan.”Radit mulai curiga dengan Shinta.
               Aku langsung buru-buru mengambil novel itu dari Radit, aku ga mau Radit tau keadaan yang sebenarnya. Sambil bersiap pamit pulang aku berbicara.
               “mungkin Shinta ingin ngetes kamu, apa dia masih ingat atau ga sama kebiasaannya.” jawabku sembari meninggalkan Radit. Saat itu kulihat Radit bingung. Sebenarnya Radit ingin bertanya banyak tentang Shinta padaku tapi aku keburu pergi.
Radit, mungkinkah kamu tau bahwa itu semua adalah aku. Akulah yang kau kira Shinta, akulah yang selalu berbagi cerita tentang lovestory. aKu lah yang memanggilmu pangeran, dan aku lah princessmu. Semua itu aku yang lakukan. Maafkan aku Radit, bukan maksudku membohongimu, ini semua demi Shinta. Aku tau kamu cinta Shinta, begitu juga Shinta. Mana mungkin aku harus menghancurkan hubungan kalian. Lebih baik aku yang sakit.
Semenjak kejadian ditaman aku sedikit menghindari Radit, aku takut Radit bertanya macam-macam lagi. Jadi sebisa mungkin kuhindari suasana berdua dengan Radit. Kecuali saat ada Shinta, seolah memang tak terjadi apa-apa.

**********
Kau adalah darahku
Kau dalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku, oh sayangku kau begitu sempurna...........
               Kunyanyikan lagu kesukaanku saat kusendiri ditaman, lagu ini sangat berarti karena lgu ini mengingatkanku pada seseorang yang sangat ku sayang siapa lagi kalau bukan Radit. Aku dan radit sangat kenal betul dengan lagu ini, karena sangat sering aku memutar lagu ini ketika dunia maya menjadi jembatan untuk aku berbagi cerita, begitu juga dengan Radit. Lagu ini adalah lagu kita bersama. Tanpa terasa airmataku menetes, ada perasaan sedih saat harus aku tau kenyataan bahwa Radit tidak mengenaliku. Dia masih saja mengira bahwa Shinta lah yang selama ini bersamanya di tiap malam.
               “Ri...aku sudah tau semuanya.”suara Radit tiba-tiba mengagetkanku.
               Ternyata Radit sudah dari tadi ada dibelakangku. Aku bingung apa yang Radit katakan barusan, apa yang dia tau. Atau jangan-jangan.....tapi tidak mungkin, dari mana dia tau. Shinta ???? batinku mulai bertanya-tanya.
               “hei dit, sudah lama kamu disini?”tanyaku agak sedikit gugup
               “aku tau ri, aku sudah tau. Lebih baik kamu jujur padaku.”radit mencoba mendesakku
               “maksud kamu apa dit, aku ga ngerti deh. Apa yang kamu tau.”jawabku seolah tidak tau apa-apa. Persaaanku semakin gugup dan gelisah, aku takut Radit memang sudah mengetahui semuanya. Aku takut mengecewakan Shinta.
               “aku tau bukan Shinta yang ngebales semua e-mailku, bukan shinta yang selama ini menemaniku. Tapi itu semua kamu ri. Kamu Mentari az zahra, yang selalu ngebales e-mailku. iya kan ri, jawablah.” Radit mendesakku.
               Aku hanya terdiam, aku tak tau harus berbicara apa. Ternyata radit sudah tau semua. Tapi dari mana dia tau, bukankah Shinta sudah tidak berniat lagi untuk menceritakan hal ini.
               “dari mana kamu menganggap kalau semua ini aku yang lakukan,.” kataku mencoba menyangkal
               “semua bukti udah jelas ri, love story, dunia maya, bakso kesukaanmu, dan lagu tadi. Apa itu ga cukup jelas buat aku tau semuanya.” Radit terlihat kecewa.
               “maaf dit, bukan maksudku membohongimu, ini semua karena Shinta. Shinta yang menyuruhku melakukan semua ini. Awalnya aku berniat untuk menghentikannya, tapi ternyata aku ga bisa, karena aku merasa nyaman saat aku bisa berbagi denganmu.” jawabku dengan suara parau, airmataku menetes.”maaf dit, bukan maksudku menghancurkan hubungan kalian, anggap saja ini semua tak pernah terjadi. Kembalilah pada shinta seolah memang dia yang selama ini kamu kenal bukan aku.”
               “kenapa kamu ga mau jujur dari awal kita ketemu ri, aku kecewa sama kamu dan Shinta.”
               “saat itu aku berniat untuk jujur, tapi waktu pertama kita ketemu kamu sudah lebih dulu mengenali Shinta dengan “princessmu” itu. Bukan aku yang kamu kenal. Sejak saat itu ku urungkan niatku.” kutatap wajah Radit sekilas lalu balik berpaling memandang bunga mawar yang tumbuh indah disamping taman.
               “maafkan aku ri, aku ternyata tidak mengenalimu, aku ga memahamimu saat itu. Tapi ri, sampai kapanpun aku masih nyaman dengan princessku itu dan itu kamu, bukan Shinta.” Radit menggenggam tanganku, menatapku tajam.
               “maksud kamu..??? bukankah kamu cinta sama Shinta?”tanyaku heran pada Radit
               “aku memang suka sama Shinta, tetapi aku sadar bahwa rasa sukaku dengan shinta hanya sekedar rasa suka semata. Ternyata yang aku cintai bukan shinta, tapi princess, princess yang selalu menemaniku, princess dengan love storynya, dan itu kamu. Saat aku bersamamu aku merasa nyaman, seolah aku sedang berbicara dengan princess. Dan sekarang aku tau bahwa memang benar apa yang kurasakan, kamu adalah princessku. Aku mencintaimu ri.” kata Radit
               “tapi dit, bagaimana dengan Shinta, mana mungkin aku harus menghancurkan hati Shinta. aku merasa tidak enak hati apabila Shinta tau semua ini.”kulepaskan genggaman tangan ku dari tangan Radit
               “aku tau ri, tapi aku juga ga mau terus-terusan membohongi shinta. Jujur selama ini aku kurang nyaman saat bersamanya. Banyak ketidakcocokan yang aku rasakan. Tidak seperti saat bersamamu.” terang Radit.
               Aku begitu bingung, dilema rasanya. Disatu sisi aku merasa bahagia karena Radit juga ternyata mencintaiku tapi disisi lain rasa bersalah kepada shinta bersarang. Bagaimana perasaan shinta saat dia harus tau semua ini. Apakah harus kurelakan Radit untuk Shinta, atau kuterima cinta Radit ini. Semua ini terasa ga adil, aku ga mau hanya karena masalah cinta persahabatan ini hancur.
               “terimalah cinta Radit, ri..... jangan kecewakan dia. Aku tau dia cinta kamu.” suara Shinta tiba-tiba mengagetkan kami berdua. Ternyata shinta mendengar pembicaraan kami dari belakang.
               “maaf Shin, bukan maksudku kaya gini.” kataku meyakinkan Shinta. Kuhapus airmataku dan kujauhi Radit.
               “tenang Shin, aku ga kan marah ko sama kamu. Justru aku bahagia karena akhirnya semua ini bisa terjawab dengan sendirinya. Aku tak perlu lagi berbicara yang sebenarnya kepada radit. Dan tentang perasaanku sama Radit, sama halnya seperti Radit ternyata aku hanya mengagumi Radit. Tapi tak bisa untuk menyelaminya. Kami berdua ga cocok. Terlalu banyak perbedaan yang ada pada kita, dan sekarang aku relakan Radit menjadi milikmu karena aku tau kamulah yang terbaik buat Radit.” Shinta tersenyum dan menghampiriku. Shinta memelukku menyatakkan kebahagiaannya.
               “makasih Shin, aku ga tau harus ngomong apa sama kamu.” aku merasa bahagia dengan penuturan Shinta, ternyata shinta ga marah. Dan semuanya jelas sudah.
               “Mentari Az Zahra....maukah kamu menjadi pacarku...?” tiba-tiba radit bersimpuh didepanku dengan memberikan bunga mawar merah.
               Dengan hati yang berbunga-bunga serta senyum yang terus mengembang dari bibirku. Ku jawab pertanyaan Radit itu.
               “Radit Bagas Pramandha, aku bersedia menjadi pacarmu.” ku ambil mawar merah yang dipegang Radit sebagai tanda penerimaan.
               “terima kasih princess...” Radit langsung memelukku
               “sama-sama pangeran.”senyumku berkembang
               Shinta yang melihat kami hanya tersenyum dan menggoda kami.
               “ehem udah dulu dong berpelukannya, jadi iri neh. Hehehehe,”shinta menggoda kami.
               Ternyata persahabatan ini masih terus berjalan, walau kini aku dan Radit resmi berpacaran tapi hal ini ga mengubah kebersamaan kami. Aku, Radit dan Shinta pun berpelukan. Kami habiskan waktu malam ini bertiga, memandang bintang dilangit yang bersinar indah.
               Akhirnya love story ini berakhir indah. Sang pangeran kini telah menemukan princess. Tak ada lagi keraguan di hati sang pangeran. Dunia ini seakan berbunga-bunga, keindahan menghampiriku karena cinta yang kupendam kini tlah terpaut sempurna. Dan ternyata kamu........... I LOVE U RADIT..........................

THE END...................
 
Sumber: http://cerpen.gen22.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar