Senin, 03 Maret 2014

Cinta = Air Mata (Cerita Pendek)

Selamat _______________________ (isi sesuai dengan keadaan saat Anda membaca cerpen ini, pagi, siang, sore, malam, subuh, whatever)
Apa kabar? Semoga baik, sehat dan selalu berada dalam tatapan yang sempurna. Aminnnnn..
Hari ini, dalam membuka pintu dunia yang sepertinya telah tertutup oleh jutaan mata yang sedang merasakan ke-GALAU-an. Aku akan menceritakan sebuah cerita (lumayan) pendek, sumpah! benar-benar pendek, ciyuusss.... Ingat! Setiap ada kalimat yang berada di dalam kurung => (___) berarti itu adalah kalimat lansung dari pengarang. Tunggu! Sudah pada tahu kan siapa pengarangnya? Jelas, pengarangnya adalah orang sudah dari tulisannya Anda baca :-D Orang yang insya Allah ganteng, cakep, tampan, beribawa, pintar, baik, soleh, rajin menabung dan tidak sombong (GubrakKKK).

Tanpa basa-basi lagi , sebelum pembacanya melarikan diri dan belum sempat membaca CERPEN ini, lansung saja kita pesan KTP, ehhh. maksudnya ke TKP. Let's go to story.....
Uuuppps,,,,, tunggu dulu! (apa lagi sih?) Cerpen ini adalah cerita billingual, jadi ada dua bahasa. Buat kalian yang kurang mengerti silahkan konsultasi lansung sama ABAH GOOGLE. Thanks..

Cinta = Air Mata

Kisah ini berawal dari seorang pasangan yang sedang memadu kasih (tenang! madunya masih madu asli). Sebut saja mereka adalah Rara dan Gilang (maaf,nama tidak disamarkan). Rara adalah gadis paling baik (semoga saja) tapi juga punya tipu muslihat yang super canggih, lebih canggih dari IPAD, I-PHONE atau saudara-saudaranya yang lain. Sedangkan Gilang adalah cowok tampan dan super tajir alias pengusaha paling kaya di kota itu (maaf, kota tidak disebutkan karena memungkinkan Anda untuk tertarik mengunjunginya) tapi dia juga agak bodoh, bahkan bodoh banget tapi super setia.

Rara dan Gilang sedang bercumbu mesra di sebuah taman bunga yang pasti banyak bunganya. Di tengah kemesraan mereka, tiba-tiba seorang bule yang kurang jelas keberadaanya itu datang dengan muka merah memanas. Gilang yang sementara sedang memegang tangan Rara dengan penuh kasih ditambah cuka dan diuleti dengansedikit bumbu pelengkap (loh, kok jadi kayak mau masak?). Bule itu lantas datang memisahkan mereka berdua.

"Woy, who are you? Why do you hold my girlfriend?" kata bule itu dengan logat Amerika-nya masih kental sambil melepaskan tangan Gilang yang tertempel rapi di atas tangan Rara.
"I don't know" balas Gilang yang sok mengerti perkataan bule itu."Sayang, siapa dia? datang ngga jelas lansung memisahkan kita. Lalu apalagi yang dikatakannya?" lanjut Gilang sembari bertanya kepada Rara.
"Tenang sayang, dia itu klien saya (tuh kan, bohong!)" Jawab Rara dengan lumayan penuh meyakinkan kata-katanya.

Saat itu, Gilang ingin mengurus bule itu dengan menghajarnya tapi karena tiba-tiba telponnya berdering dengan kencang yang hingga terdengar sampai bumi bagian selatan (wajar, telpon mahal kayaknya). Telpon itu berasal dari salah satu teman bisnisnya. Karena penting jadi dia harus datang untuk menemuinya.

"Sayang, nanti saya jelaskan semuanya. Cepat pergi, nanti teman kamu marah lagi" tangkas Rara.

Gilang pun meninggalkan Rara bersama bule yang diakui sebagai klien Rara. (Tenang pemirsa, ini masih awal belum klimaks, jadi ngga usah lebay).
Sementara Gilang pergi bertemu dengan teman bisnisnya. Rara dan bule itu melakukan aksinya (yuhuuu! asyik). Mereka berpegang erat dengan penuh kemesraan. Lagi rayu merayu bak pangeran dan cinderela yang kehabisan bensin ditengah jalan (ngga nyambung, tapi tak apalah..).

Di waktu yang sama, Gilang kemudian bertemu dengan teman bisnisnya yang ternyata merupakan seorang perempuan (tenang pemirsa, ngga usah kesal dulu.Gilang itu setia kok'). Perempuan itu sangat ganjeng, berusaha menarik perhatian mulus Gilang. Dia melakukan hal demikian karena tertarik dengan lagu Justin Bieber dan suka menyanyikan lagunya (ngga nyambung? memang). Maksudnya, dia tertarik dengan sesuatu yang ada di saku Gilang,sesuatu yang menumpuk dan "uncountable" (tidak mengerti kata itu,cari Abah Google :-P). Perempuan yang diketahui bernama Sonya itu berjuang dengan keras mendapatkan hati Gilang. Ia bahkan membanting tulang, habis itu membanting jantung. Namun, karena kesetiaan Gilang pada Rara yang sudah tidakmampu diungkapkan dengan kata-kata yang bermakna akhirnya membuat ia tidaksedikitpun berpaling dari Rara. Ia pun tidak segang-segang menolak kerja sama dengan Sonya yang padahal itu adalah kerja sama terbesarnya yang dapat membuat perusahaanya semakin maju (Gila pemirsa,Gilang itu super setia banget. Jadi malu aku sebagai pengarang. Maaf sedikit curhat!). Kerja samanya dengan Sonya pun ia batalkan karena menolak permintaan Sonya untuk menjadi dambatan hatinya.
Di tempat yang berbeda, Rara dan bule itu masih saja bermesraan. Mereka saling berpegang tangan dengan mesra bak pangeran dan permaisuri yang kehabisan bensin di tengah jalan (ngga nymabung,tapi tak apalah). Kemesraan mereka tak terlampau lama karena Rara harus meninggalkan bule itu lagi dengan alasan kantor.
“I’m sorry honey, I have to go right now! Because I have a job in my office.”  Ucap Rara menjelaskan maksud kepergiaannya.
“Never mind. Just call me later. This night!” Jawab bule itu sambil melempar senyum manisnya yang sebenarnya dari tadi asin itu.
Rara pun meninggalkan bule itu bersama yang diakui sebagai super pribadinya menuju ke kantor yang dimaksud (Tunggu dulu, pasti pemirsa bertanya-tanya, siapa sih nama bule itu? Baiklah, namanya Alexandro).

Supir pribadi yang dimaksud Rara ternyata merupakan korban selingkuhan (lain) darinya. Jadi, kalau disimpulkan dia bukan supir pribadi melainkanseorang pacar (gaswat! Playgirl bener!).
“Bubuh (nama panggilan sayang), siapa sih bule itu? Cipika-cipiki gitu. Aku kan cemburu!” Tanya selingkuhan Rara yang diakui sebagai supir pribadi dan namanya adalah Verik.
“Boboh (nama panggilan sayang juga), dia itu teman kerja aku kok. Wajar kali kalau bule itu cipika cipiki. Tidak usah marah gitu. Tenang, cuma kamu kok di hati aku.” Jelas Rara dengan perasaan yang sedikit grogi.

***

Malam akhirnya tiba,bulan yang sebelumnya bersembunyi dan sengaja menenggelamkan diri bermaksud menghargai matahari dalam menyinari dunia telah muncul bersama bintang yangbertebaran. Di rumah Gilang, ayah dan ibu Gilang, biar lebih mudah kita sebutsaja kedua orang Gilang memanggil anak tunggalnya (ayo tebak, siapa anak tunggalnya? Kalau tidak tau Anda tidak bolehmelanjutkan membaca) Pastinya Gilang. Mereka berkumpul di ruang keluargasedang rapat penting dalam membincangkan hal penting demi masa depan Gilang.Ternyata kedua orang tua Gilang telah menjodohkannya dengan sesosok perempuanyang menurut mereka tepat untuk Gilang. Perempuan yang cantik, sederajat aliassuper kaya, berasal dari kalangan bangsawan tentunya. Dengan tegas dan lantangGilang kemudian menolak perjodohan itu karena kesetiaannya pada Rara (sabar pemirsa, kita patut menghargaikesetiaan Gilang, dia itu tidak bodoh tapi bodoh banget).

“Pak, mak ,aku sangattidak setuju untuk dijodohin, ini sudah bukan jaman Siti Jubaidah kali. Akuudah nemuin cewek yang menurut aku paling cocok dan pantas buat aku nikahin.Dia itu Rara, anak tetangga jalan sebelah. Dia itu memang tidak kaya, tapi diacantik, anggun, super baik dan kalau melihatnya selalu mau muntah. Tapi ituyang membuat aku makin tertarik sama dia.” Jelas Gilang menolak dengan kerasbahkan lebih keras dari bongkahan batu yang baru di masak bibi tadi pagi.
Meski Gilang menolak,kedua orang tuanya masih bersih tegang untuk menjodohkan. Tapi karena Gilangtelah memiliki tekad yang baja atas kesetiaannya pada Rara, ia pun tidak kukuhuntuk menolak perjodohan itu. Kedua orang tua Gilang yang melihat kekuatan hatiGilang yang tak mudah ditaklukkan kemudian berkata bahwa jika Gilang tidaksetuju maka ia harus pergi dari rumah dan melepaskan semua barang-barang mewahpemberian orang tuanya. Tanpa pikir panjang. Gilang menyetujuinya dan ia relamelepaskan semua kehidupan mewahnya demi gadis yang dicintainya, Rara (sumpah, bodoh bener yah pemirsa).

Gilang pun keluar darirumahnya, melepaskan semuanya tapi tidak termasuk pakaiannya karena itu tidakboleh dilakukan (iih, pikirannya kotor!).Gilang dengan tetesan air mata yang mengambang kesana kemari menuju ke tempatRara. Sampainya tempat Rara, ia kemudian melihat lagi bule itu (udah tau kan namanya siapa?).

“Hi bro! What are youdoing here? Don’t you see this is my girlfriend’s place. Btw, why do you cry?”Kata bule itu dengan masih menggunakan logat Amerika yang kental sekental gula (perasaan gula tidak kental deh, nggapenting. Lanjutkan).
Gilang yang masihterlihat tegar, berusaha menyembunyikan air mata kepedihannya dan tanpameperdulikan bule itu. Rara yang saat itu ada di dalam rumah kemudian keluar.Ia melihat Gilang dengan wajah sedih melutut (kasiaaannnn).
“Sayang, apa yangterjadi? Kenapa wajahmu begitu terlihat sedih?” tanya Rara kepada Gilang dandengan jelas saat itu dia berada di dekat selingkuhan bule tapi karena tidakmengerti. Jadi tidak menjadi masalah.
“Kedua orang tuakumenjodohkan aku dengan wanita lain, tapi aku tolak dan aku memilih kamu.  Namun, yang jadi masalah dia mengusir aku dansekarang aku jadi miskin tanpa kemewahan lagi.” jelas Gilang.

Mendengar penjelasanGilang, tiba-tiba Rara berkata bahwa itu adalah urusan Gilang dan sama sekalibukan urusannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan masalah Gilang. Bahkan disaat itu juga dengan jelas yang menjelaskan bahwa bule itu adalah pacar dia.Dia memutuskan Gilang dengan sepihak karena alasan Gilang tidak keren lagi (cewek stres, betul-betul tidak punya hati,tapi tenang pemirsa ngga usah ikut emosi).

Disaat itu juga Gilang kemudian tambah histeris bahkan hampir pinsang dibuatnya. Dia tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dijadikan mainan oleh Rara. Dia benar-benar kecewa. Rara dan bule itu pun masuk dalam rumah meninggalkan Gilang terpaku rapat di atas rumput menangis histeris. (cengeng amat).

Dalam waktu yang hampir bersamaan. Verik datang juga di tempat Rara. Dengan bingung Veri melihat Gilang menangis histeris di depan tempat Rara. Tapi ia mengabaikannya karena menganggap Gilang sebagai orang gila.

Verik pun menuju ke depan pintu tempat Rara, mengetok sebentar karena lama tidak dibuka ia kemudian menggedor-gedor pintu hingga seperti seorang maling kemalaman. Rara berdua dengan Si bule kemudian tampak di balik pintu itu, berpelukan erat. Verik dengan wajah geram memerah, panas membara ditabur bedak merica dan diaduk rata hingga mendidih (tuh kan, masak lagi).

"Bubuh? Apa yang kamu lakukan dengan bule ini? Hey, who are you? Why do you come here?" Tanya geram Verik kepada Rara dan Alexandro.
"I'm her boyfriend and who are you?" tangkas Alexandro marah.
"What? Bubuh, inikah yang kau namakan teman kerja itu? kita putus. And for you. she is my girlfriend also but now we are break." ucap Verik kemudian pergi meninggalkan Rara dan bule itu.
"Is it right? Honey, i want to break up now!, good bye!" Kata Alexandro dengan penuh kemarahan dan lanjut menampar pipi Rara yang katanya halus itu. Kemudian bule itu juga pergi.

Rara yang ditinggalkan dua cowok sekaligus karena kebodohannya sendiri. Kemudian ia masuk ke dalam kamar dan menangis dengan histeris. Sementara itu, Gilang masih saja menangis histeris.

_____________Selesai______________

Sumber: justangzealotous.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar