Entah mengapa rasanya mulut ini mudah sekali berkomentar. Apa yang
dilihat, didengar, dirasa, rasa-rasanya amat menggelitik, sehingga
dengan disadari atau tidak, terlontar kata kata yang begitu mungil dan
ringan diucapkan tapi begitu besar dan berat dampak dunia akheratnya.
Bahkan celetukan spontan selain bisa memperlihatkan kualitas kepribadian
kita juga bisa menentukan nasib baik kita atau sebaliknya.
Kalau tak berhati-hati, komentar kita bisa melukai hati orang lain,
karena yang bersangkutan bisa merasa dihina atau dipermalukan atau
merasa diejek, (walau kita tak bermaksud buruk) namun begitulah, celoteh
iseng kadang bagai pisau yang mengiris, menyakiti dan membuat luka,
tentu seperti yang kita tahu sakit hati akan menimbulkan benih
kebencian, benci menggiring kepada dengki dan permusuhan, memiliki musuh
berarti mempersempit kehidupan kita serta memersiapkan ranjau yang akan
mencelakakan diri.
Komentar juga bisa menandakan kufur nikmat, yang bisa menghapus
nikmat yang ada dan menutup pintu pemberian Alloh lainnya yaitu ketika
lontaran kata spontan hanya berupa keluh kesah, kekecewaan, cemoohan
terhadap keadaan, atau menggerutu penuh kekesalan, padahal semua nikmat
dari Alloh tak ada yang mengecewakan, jikalau disyukuri niscaya akan
sangat terasa kenikmatannya dan tentu akan mengundang pelbagai karunia
lainya sesuai dengan janjiNya.
Komentar juga akan memperlihatkan kebodohan kita, yaitu ketika kita
gemar mengomentari segala hal agar kita nampak serba tahu dan dianggap
pintar, padahal jelas sekali orang yang pandai akan sangat berhati-hati
dalam ucapannya, lebih banyak diamnya dan tak sungkan untuk mengakui
ketidak-tahuannya, serta tak malu dianggap bodoh, sebetulnya hanya orang
yang bodoh sungguhan yang sok pintar dan sok tahu.
Dan berkomentar spontan yang mengerikan adalah ketika, ucapannya
penuh dengan riya, takabur, ujub, penyakit hati yang membinasakan,
komentar yang sering menceritakan amalnya sendiri dengan tujuan dipuji,
pamer jasa dan kebaikan, berarti efektif akan menghanguskan pahala yang
dikumpulkannya.
Komentar yang selalu merendahkan orang lain, plus mencemooh orang
yang menasehati serta menolak orang yang mengkritik akan termasuk ke
dalam komentar ciri orang yang sombong alias takabbur, seperti fir’aun,
abu jahal, abu lahab, yaitu kelompok orang yang terhina dan terkutuk
justru karena kesombongannya. Juga ujub yaitu komentar takjub kepada
diri sendiri yang membuat diri ingin tampak paling super dalam segala
hal, akan menunjukan dengan meyakinkan bahwa memang dirinya paling
kurang dalam hal apapun,
Oleh karena itu, menahan diri untuk tidak mudah berkomentar adalah
pintu keselamatan. Komentar dari hasil perenungan yang dalam, pengamatan
yang seksama, berpikir yang jernih, kehati-hatian serta ketulusan niat
yang mengiringi kesungguhan untuk membawa manfaat dari setiap kata yang
terucap, ditambah rasa takut kepada Alloh yang maha mendengar dan yang
akan menuntut pertanggungjawaban dari setiap kalimat, akan menjadikan
komentar kita menjadi mutiara yang indah dan berharga, tidak hanya bagi
yang berucap namun juga bagi yang menyimak, tak pula hanya untuk dunia
namun bisa pula menjadi bekal pulang di akherat kelak. InsyaAlloh.
***
Sumber: ervakurniawan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar