Selamat _______________________ (isi sesuai dengan keadaan saat Anda membaca cerpen ini, pagi, siang, sore, malam, subuh, whatever)
Apa kabar? Semoga baik, sehat dan selalu berada dalam tatapan yang sempurna. Aminnnnn..
Hari
ini, dalam membuka pintu dunia yang sepertinya telah tertutup oleh
jutaan mata yang sedang merasakan ke-GALAU-an. Aku akan menceritakan
sebuah cerita (lumayan) pendek, sumpah! benar-benar pendek, ciyuusss....
Ingat! Setiap ada kalimat yang berada di dalam kurung => (___)
berarti itu adalah kalimat lansung dari pengarang. Tunggu! Sudah pada
tahu kan siapa pengarangnya? Jelas, pengarangnya adalah orang sudah dari
tulisannya Anda baca :-D Orang yang insya Allah ganteng, cakep, tampan,
beribawa, pintar, baik, soleh, rajin menabung dan tidak sombong
(GubrakKKK).
Tanpa basa-basi lagi , sebelum pembacanya
melarikan diri dan belum sempat membaca CERPEN ini, lansung saja kita
pesan KTP, ehhh. maksudnya ke TKP. Let's go to story.....
Uuuppps,,,,,
tunggu dulu! (apa lagi sih?) Cerpen ini adalah cerita billingual, jadi
ada dua bahasa. Buat kalian yang kurang mengerti silahkan konsultasi
lansung sama ABAH GOOGLE. Thanks..
Cinta = Air Mata
Kisah ini berawal dari seorang pasangan yang sedang memadu kasih (tenang! madunya masih madu asli). Sebut saja mereka adalah Rara dan Gilang (maaf,nama tidak disamarkan). Rara adalah gadis paling baik (semoga saja)
tapi juga punya tipu muslihat yang super canggih, lebih canggih dari
IPAD, I-PHONE atau saudara-saudaranya yang lain. Sedangkan Gilang adalah
cowok tampan dan super tajir alias pengusaha paling kaya di kota itu (maaf, kota tidak disebutkan karena memungkinkan Anda untuk tertarik mengunjunginya) tapi dia juga agak bodoh, bahkan bodoh banget tapi super setia.
Rara
dan Gilang sedang bercumbu mesra di sebuah taman bunga yang pasti
banyak bunganya. Di tengah kemesraan mereka, tiba-tiba seorang bule yang
kurang jelas keberadaanya itu datang dengan muka merah memanas. Gilang
yang sementara sedang memegang tangan Rara dengan penuh kasih ditambah
cuka dan diuleti dengansedikit bumbu pelengkap (loh, kok jadi kayak mau
masak?). Bule itu lantas datang memisahkan mereka berdua.
"Woy,
who are you? Why do you hold my girlfriend?" kata bule itu dengan logat
Amerika-nya masih kental sambil melepaskan tangan Gilang yang tertempel
rapi di atas tangan Rara.
"I don't know" balas Gilang yang sok
mengerti perkataan bule itu."Sayang, siapa dia? datang ngga jelas
lansung memisahkan kita. Lalu apalagi yang dikatakannya?" lanjut Gilang
sembari bertanya kepada Rara.
"Tenang sayang, dia itu klien saya (tuh kan, bohong!)" Jawab Rara dengan lumayan penuh meyakinkan kata-katanya.
Saat
itu, Gilang ingin mengurus bule itu dengan menghajarnya tapi karena
tiba-tiba telponnya berdering dengan kencang yang hingga terdengar
sampai bumi bagian selatan (wajar, telpon mahal kayaknya). Telpon itu berasal dari salah satu teman bisnisnya. Karena penting jadi dia harus datang untuk menemuinya.
"Sayang, nanti saya jelaskan semuanya. Cepat pergi, nanti teman kamu marah lagi" tangkas Rara.
Gilang pun meninggalkan Rara bersama bule yang diakui sebagai klien Rara. (Tenang pemirsa, ini masih awal belum klimaks, jadi ngga usah lebay).
Sementara Gilang pergi bertemu dengan teman bisnisnya. Rara dan bule itu melakukan aksinya (yuhuuu! asyik).
Mereka berpegang erat dengan penuh kemesraan. Lagi rayu merayu bak
pangeran dan cinderela yang kehabisan bensin ditengah jalan (ngga nyambung, tapi tak apalah..).
Di waktu yang sama, Gilang kemudian bertemu dengan teman bisnisnya yang ternyata merupakan seorang perempuan (tenang pemirsa, ngga usah kesal dulu.Gilang itu setia kok'). Perempuan
itu sangat ganjeng, berusaha menarik perhatian mulus Gilang. Dia
melakukan hal demikian karena tertarik dengan lagu Justin Bieber dan
suka menyanyikan lagunya (ngga nyambung? memang). Maksudnya, dia tertarik dengan sesuatu yang ada di saku Gilang,sesuatu yang menumpuk dan "uncountable" (tidak mengerti kata itu,cari Abah Google :-P).
Perempuan yang diketahui bernama Sonya itu berjuang dengan keras
mendapatkan hati Gilang. Ia bahkan membanting tulang, habis itu
membanting jantung. Namun, karena kesetiaan Gilang pada Rara yang sudah
tidakmampu diungkapkan dengan kata-kata yang bermakna akhirnya membuat
ia tidaksedikitpun berpaling dari Rara. Ia pun tidak segang-segang
menolak kerja sama dengan Sonya yang padahal itu adalah kerja sama
terbesarnya yang dapat membuat perusahaanya semakin maju (Gila pemirsa,Gilang itu super setia banget. Jadi malu aku sebagai pengarang. Maaf sedikit curhat!). Kerja samanya dengan Sonya pun ia batalkan karena menolak permintaan Sonya untuk menjadi dambatan hatinya.
Di
tempat yang berbeda, Rara dan bule itu masih saja bermesraan. Mereka
saling berpegang tangan dengan mesra bak pangeran dan permaisuri yang
kehabisan bensin di tengah jalan (ngga nymabung,tapi tak apalah). Kemesraan mereka tak terlampau lama karena Rara harus meninggalkan bule itu lagi dengan alasan kantor.
“I’m sorry honey, I have to go right now! Because I have a job in my office.” Ucap Rara menjelaskan maksud kepergiaannya.
“Never mind. Just call me later. This night!” Jawab bule itu sambil melempar senyum manisnya yang sebenarnya dari tadi asin itu.
Rara pun meninggalkan bule itu bersama yang diakui sebagai super pribadinya menuju ke kantor yang dimaksud (Tunggu dulu, pasti pemirsa bertanya-tanya, siapa sih nama bule itu? Baiklah, namanya Alexandro).
Supir
pribadi yang dimaksud Rara ternyata merupakan korban selingkuhan (lain)
darinya. Jadi, kalau disimpulkan dia bukan supir pribadi
melainkanseorang pacar (gaswat! Playgirl bener!).
“Bubuh (nama panggilan sayang),
siapa sih bule itu? Cipika-cipiki gitu. Aku kan cemburu!” Tanya
selingkuhan Rara yang diakui sebagai supir pribadi dan namanya adalah
Verik.
“Boboh (nama panggilan sayang juga), dia itu teman
kerja aku kok. Wajar kali kalau bule itu cipika cipiki. Tidak usah marah
gitu. Tenang, cuma kamu kok di hati aku.” Jelas Rara dengan perasaan
yang sedikit grogi.
***
Malam
akhirnya tiba,bulan yang sebelumnya bersembunyi dan sengaja
menenggelamkan diri bermaksud menghargai matahari dalam menyinari dunia
telah muncul bersama bintang yangbertebaran. Di rumah Gilang, ayah dan
ibu Gilang, biar lebih mudah kita sebutsaja kedua orang Gilang memanggil
anak tunggalnya (ayo tebak, siapa anak tunggalnya? Kalau tidak tau Anda tidak bolehmelanjutkan membaca) Pastinya
Gilang. Mereka berkumpul di ruang keluargasedang rapat penting dalam
membincangkan hal penting demi masa depan Gilang.Ternyata kedua orang
tua Gilang telah menjodohkannya dengan sesosok perempuanyang menurut
mereka tepat untuk Gilang. Perempuan yang cantik, sederajat aliassuper
kaya, berasal dari kalangan bangsawan tentunya. Dengan tegas dan
lantangGilang kemudian menolak perjodohan itu karena kesetiaannya pada
Rara (sabar pemirsa, kita patut menghargaikesetiaan Gilang, dia itu tidak bodoh tapi bodoh banget).
“Pak,
mak ,aku sangattidak setuju untuk dijodohin, ini sudah bukan jaman Siti
Jubaidah kali. Akuudah nemuin cewek yang menurut aku paling cocok dan
pantas buat aku nikahin.Dia itu Rara, anak tetangga jalan sebelah. Dia
itu memang tidak kaya, tapi diacantik, anggun, super baik dan kalau
melihatnya selalu mau muntah. Tapi ituyang membuat aku makin tertarik
sama dia.” Jelas Gilang menolak dengan kerasbahkan lebih keras dari
bongkahan batu yang baru di masak bibi tadi pagi.
Meski
Gilang menolak,kedua orang tuanya masih bersih tegang untuk menjodohkan.
Tapi karena Gilangtelah memiliki tekad yang baja atas kesetiaannya pada
Rara, ia pun tidak kukuhuntuk menolak perjodohan itu. Kedua orang tua
Gilang yang melihat kekuatan hatiGilang yang tak mudah ditaklukkan
kemudian berkata bahwa jika Gilang tidaksetuju maka ia harus pergi dari
rumah dan melepaskan semua barang-barang mewahpemberian orang tuanya.
Tanpa pikir panjang. Gilang menyetujuinya dan ia relamelepaskan semua
kehidupan mewahnya demi gadis yang dicintainya, Rara (sumpah, bodoh bener yah pemirsa).
Gilang pun keluar darirumahnya, melepaskan semuanya tapi tidak termasuk pakaiannya karena itu tidakboleh dilakukan (iih, pikirannya kotor!).Gilang
dengan tetesan air mata yang mengambang kesana kemari menuju ke
tempatRara. Sampainya tempat Rara, ia kemudian melihat lagi bule itu (udah tau kan namanya siapa?).
“Hi
bro! What are youdoing here? Don’t you see this is my girlfriend’s
place. Btw, why do you cry?”Kata bule itu dengan masih menggunakan logat
Amerika yang kental sekental gula (perasaan gula tidak kental deh, nggapenting. Lanjutkan).
Gilang
yang masihterlihat tegar, berusaha menyembunyikan air mata kepedihannya
dan tanpameperdulikan bule itu. Rara yang saat itu ada di dalam rumah
kemudian keluar.Ia melihat Gilang dengan wajah sedih melutut (kasiaaannnn).
“Sayang,
apa yangterjadi? Kenapa wajahmu begitu terlihat sedih?” tanya Rara
kepada Gilang dandengan jelas saat itu dia berada di dekat selingkuhan
bule tapi karena tidakmengerti. Jadi tidak menjadi masalah.
“Kedua
orang tuakumenjodohkan aku dengan wanita lain, tapi aku tolak dan aku
memilih kamu. Namun, yang jadi masalah dia mengusir aku dansekarang aku
jadi miskin tanpa kemewahan lagi.” jelas Gilang.
Mendengar
penjelasanGilang, tiba-tiba Rara berkata bahwa itu adalah urusan Gilang
dan sama sekalibukan urusannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan
masalah Gilang. Bahkan disaat itu juga dengan jelas yang menjelaskan
bahwa bule itu adalah pacar dia.Dia memutuskan Gilang dengan sepihak
karena alasan Gilang tidak keren lagi (cewek stres, betul-betul tidak punya hati,tapi tenang pemirsa ngga usah ikut emosi).
Disaat
itu juga Gilang kemudian tambah histeris bahkan hampir pinsang
dibuatnya. Dia tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dijadikan mainan
oleh Rara. Dia benar-benar kecewa. Rara dan bule itu pun masuk dalam
rumah meninggalkan Gilang terpaku rapat di atas rumput menangis
histeris. (cengeng amat).
Dalam waktu yang hampir
bersamaan. Verik datang juga di tempat Rara. Dengan bingung Veri melihat
Gilang menangis histeris di depan tempat Rara. Tapi ia mengabaikannya
karena menganggap Gilang sebagai orang gila.
Verik pun menuju ke
depan pintu tempat Rara, mengetok sebentar karena lama tidak dibuka ia
kemudian menggedor-gedor pintu hingga seperti seorang maling kemalaman.
Rara berdua dengan Si bule kemudian tampak di balik pintu itu,
berpelukan erat. Verik dengan wajah geram memerah, panas membara ditabur
bedak merica dan diaduk rata hingga mendidih (tuh kan, masak lagi).
"Bubuh?
Apa yang kamu lakukan dengan bule ini? Hey, who are you? Why do you
come here?" Tanya geram Verik kepada Rara dan Alexandro.
"I'm her boyfriend and who are you?" tangkas Alexandro marah.
"What?
Bubuh, inikah yang kau namakan teman kerja itu? kita putus. And for
you. she is my girlfriend also but now we are break." ucap Verik
kemudian pergi meninggalkan Rara dan bule itu.
"Is it right? Honey, i
want to break up now!, good bye!" Kata Alexandro dengan penuh kemarahan
dan lanjut menampar pipi Rara yang katanya halus itu. Kemudian bule itu
juga pergi.
Rara yang ditinggalkan dua cowok sekaligus karena
kebodohannya sendiri. Kemudian ia masuk ke dalam kamar dan menangis
dengan histeris. Sementara itu, Gilang masih saja menangis histeris.
_____________Selesai______________
Sumber: justangzealotous.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar