Sempat aku merasa hidup ini tak adil untukku, aku selalu bertanya dalam
hatiku, kenapa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan yang orang-orang
rasakan? memiliki keluarga yang sempurna, mendapatkan kasih sayang dari
kedua orang tua. Memiliki ibu dan ayah, kakak dan ade, dan yang lainnya.
Mungkin rasanya akan begitu bahagia memiliki banyak keluarga. Dan pada
saat-saat tertentu bisa berkumpul bersama.
Aku sering lihat teman-temanku, tetanggaku yang selalu ramai dirumahnya.
Meskipun dalam keadaan ekonomi yang sederhana tetapi mereka terlihat
begitu bahagia. Aku juga iri jika melihat temanku yang terlahir dari
keluarga yang serba kecukupan, mereka selalu mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Berbeda denganku apa yang aku inginkan tak pernah aku
dapatkan sekalipu kasih sayang dari seorang Ayah.
Aku lahir dari keluarga yang sederhana. Sekarang aku tinggal hanya
bersama ibuku dan kakakku, setelah perceraian di antara ibu dan ayahku.
Pada saat itu usiaku baru 4 tahun, meskipun pada saat itu aku masih
kecil, tapi aku masih teringat akan kejadian itu, kejadian yang sangat
menyakitkan bagiku. Dulu memang aku tidak merasakan apa-apa karena aku
belum mengerti sebenarnya apa yang telah terjadi, tapi kini aku telah
dewasa aku telah mengerti semuanya dan itu sangat menyisakan luka yang
mendalam. Mungkin sampai mati pun aku akan terus teringat kejadian itu
dan luka itu terus ada.
Sebenarnya aku tidak ingin semua itu terjadi, aku tidak ingin ibu dan
ayahku bercerai, tapi aku tidak bisa apa-apa karena semua itu telah
terjadi. Dan bagi meraka mungkin perceraian jalan yang terbaik. Dan aku
mulai bisa menerima kenyataan itu.
Tapi meskipun mereka telah bercerai aku ingin mereka tetap
menyayangiku seperti dulu waktu masih bersama. Tapi semua keinginanku
itu tidak terwujud. Aku hanya merasakan kasih sayang dari sebelah pihak
yaitu dari ibuku saja, karena aku memilih untuk tiggal bersama ibu, tapi
meskipun begitu seharusnya kan seorang Ayah memberi nafkah
anak-anaknya.
Aku tau, aku sadar aku memang bukan anak satu-satunya aku masih
mempunyai seorang kakak kandung dan 2 orang adik dari pernikahan ayahku
yang kedua yang menyebabkan perceraian ibu dan ayahku itu. ayahku tidak
adil, Dia hanya menyayangi anak-anaknya dari istri pernikahan kedua.
Sedangkan aku dan kakakku hidup terlantar makan dan untuk biaya sekolah
pun hanya mengandalkan penghasilan dari seorang ibu yang tidak seberapa.
Memang Dia sempat memberikan nafkah untuk aku dan kakakku, tapi itu
masih sangat kurang, untuk biaya makan pun itu tidak cukup apalagi untuk
biaya sekolahku dan kakak.
Aku sempat berbicara dengan ayahku, meminta sesuatu yang menjadi
hakku, tapi apa yang ku dapat hanya sebuah kata-kata tangan dan cacian
yang membuat hatiku terluka.
Dan dari situlah aku tidak pernah bicara lagi dengan nya, apalagi
meminta sesuatu kepadanya. dan aku tidak pernah ingin melakukan hal itu
lagi.
Ayahku telah mengecewakanku kedua kalinya dan aku tidak ingin terus
kecawa olehnya. Aku hanya bisa berdoa semoga Dia sadar atas apa yang
telah Ia lakukan kepada anaknya.
Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan Ayahku lagi, dan aku
juga tak pernah berharap bisa bertemu dengannya lagi. Tapi aku sadar
bagaimanapun Dia adalah Ayahku, tanpanya aku takan ada di dunia ini.
Maka dari itu aku masih memberikan kesempatan untuknya. Jika Dia minta
maaf maka aku akan memaafkannya. Tapi sebenarnya aku telah memaafkannya
meskipun dia belum meminta maaf.
Meskipun aku telah memaafkan ayahku. Tapi luka yang dibekaskan olehnya
masih tersimpan di lubuk hatiku dan masih terasakan sakitnya. Aku tidak
ingin larut dalam luka itu, maka dari itu aku selalu mencari aktivitas
yang bisa melupakan rasa sakit dari luka yang aku rasakan. Akan tetapi
sulit dipungkiri, jika ada orang, taman-temanku dan guru-guruku di
sekolah menanyakan tentang Ayahku, aku selalu teringat akan semua yang
pernah Dia lakukan padaku yang membuat aku terluka. Aku bingung apa yang
harus aku katakan untuk menjawab pertanyaan mereka. Aku hanya terdiam
dan meneteskan air mata. Aku tidak bisa menyembunyikan kesedihanku
dihadapan mereka. Padahal aku di sekolah dikenal orang yang paling
tangguh, pantang menyerah, dan tidak pernah mengeluh. Tapi jika aku
dilontarkan pertanyaan itu ketangguhanku meleleh, lemah tak berdaya.
Sekarang semua orang sudah tau kelemahanku. Aku tidak ingin semua itu menjadi kelemahanku.
Aku selalu menyesali semua yang terjadi dalam hidupku.
“Kenapa harus aku yang merasakanya?”
“Kenapa jalan takdir hidupku seperti ini?”
“apa salahku? Apa aku tidak pantas merasakan merasakn kebahagiaan dalam hidupku?”
Lalu aku menceritakan semua keluh-kesahku kepada ibuku tercinta. Dan Beliau mengatakan kepadaku:
“Nak, semua yang terjadi dalam hidup kita sudah ada yang mengatur yaitu
ALLAH s.w.t. Allah telah mengatur suratan takdir kita, dan kita tidak
pernah tau apa yang akan direncanakan_Nya. Ambilah hikmah dan pelajaran
dari cobaan yang diberikan_Nya kepada kita. Karena setiap cobaan sebesar
apapun pasti ada jalan keluarnya. Jangan pernah kamu sesali apa yang
telah menimpa hidup kita.
Coba kamu lihat, Anak-anak jalanan sebagian besar dari mereka yatim-piatu.
Mereka tidak pernah merasakan kasih sayang orang tuanya. bahkan Mungkin
mereka tidak pernah tau siapa Orang tuanya. Seperti apa wajah orang
tuanya mereka tidak tau. Tidurnya pun di emperan, mungkin saja mereka
kelaparan.
Kamu harus bersyukur Nak, masih mempunyai kedua orang tua yaitu ibu dan
ayah meskipun telah berpisah. Tapi ibu sangat menyayangimu.
Meskipun ayahmu seperti itu, tapi ibu yakin ayahmu pasti menyayangimu.
Karena sejahat apa pun orang tua pasti menyayangi anaknya. Suatu saat
pasti kamu akan merasakannya.
Ingat Nak, sebelum kita melihat orang yang lebih tinggi derajatnya dari
kita, kita harus melihat dulu orang yang derajatnya di bawah kita. Agar
kita selalu bersyukur, karena masih ada orang yang tak seberuntung
kita”.
Aku merenungkan kata-kata ibu dan pada saat itu aku baru tersadar tak
sepantasnya aku merasa hidup ini tidak adil untukku, karena ternyata
masih banyak orang yan nasibnya tak seberuntung aku, tapi mereka tetap
menghadapinya dengan penuh rasa syukur. Tidak sepertiku yang selalu
menyesali takdirku.
“Ya, Allah ampunilah aku yana tak pernah bersyukur atas nikmat yang
telah Engkau berikan kepadaku. Ampunilah aku atas keraguanku kepada Mu.
Sekarang hamba yakin bahwa setiap cobaan sebesar apa pun yang Engkau
berikan pasti ada jalan keluarnya dan hikmahnya”.
Aku telah menemukan hikmah dalam hidupku yang mampu menyadarkanku
dari semua kesalahanku. Sekarang aku tidak pernah menyesali takdiku
lagi. Semua ini berkat Ibu dan tak luput dari kekuasaan Allah s.w.t.
Aku bersyukur memiliki seorang Ibu yang luar biasa selalu membimbingku kedalam kebaikan.
TERIMAKASIH IBU…
AKU AKAN SELALU MENCINTAIMU
Cerpen Karangan: Sintiya Nuri
Sumber: http://cerpenmu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar